P3W GKI, Menolong Rakyat yang Tidak Mampu

Pimpinan P3W GKI, Pdt. Hermin YF Rumbrar (kiri) dan Koordinator Bidang Konseling Pastoral, Pdt. Merry Apiem (kanan), Rabu (17/02/2016) - Jubi/Abeth You
Pimpinan P3W GKI, Pdt. Hermin YF Rumbrar (kiri) dan Koordinator Bidang Konseling Pastoral, Pdt. Merry Apiem (kanan), Rabu (17/02/2016) – Jubi/Abeth You

Jayapura, Jubi – Pusat Pembinaan dan Pengembangan Wanita Gereja Kristen Injili (P3W GKI) di Tanah Papua hadir untuk memberdayakan perempuan Papua untuk menjadi saksi dan pelayanan di tengah keluarga, gereja dan masyarakat.

Pimpinan Kantor P3W GKI, Pdt. Hermin YF Rumbrar mengatakan P3W GKI memiliki dua cabang yaitu P3W GKI cabang Teminabuan untuk daerah Kepala Burung di wilayah Sorong Selatan yang diresmikan tahun 1992 dan P3W GKI “Tuangken” Polimo, Yahukimo diresmikan pada tahun 1998 di daerah pegunungan Jayawijaya.

“Sesuai tujuan didiri kan, P3W GKI berbasis pada masyarakat akar rumput bahkan hadir untuk menolong rakyat yang benar-benar tidak mampu, terutama kaum perempuan di kampung dan daerah terpencil sebagai pusat pemberdayaan bagi perempuan Papua,” kata Pdt. Hermin kepada Jubi di kantor P3W GKI Jayapura, Padangbulan, Kota Jayapura, Rabu (17/2/2016).

P3W ini memiliki visi terwujudnya pemahaman dan penguatan perempuan dalam pelayanan sosial di lingkup gereja dan masyarakat di tanah Papua.
“Kami juga mempersiapkan tenaga pelayanan sosial melalui pelatihan serta pendampingan di pendidikan lingkup gereja dan masyarakat di Papua. Juga, kami melakukan penelitian khusus dalam rangka penguatan program kerja, informasi serta publikasi yang berguna bagi gereja dan masyarakat,” katanya.

Koordinator Bidang Konseling Pastoral, Pdt. Merry Apiem menjelaskan, selama tahun 2015 pihaknya menangani 30 kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

“Tidak semua itu adalah korban kekerasan dalam rumah tangga, tapi ada sebagian yang kami layani korban-korban kekerasan dalam pelayanan konseling yang kami lakukan. Pemicunya bervariasi, ada juga faktor ekonomi, ada persoalan suami dan istri,” kata Pendeta Merry.

“Ada beberapa warga jemaat yang mengalami korban kekerasan. Ketika mereka datang, ada yang butuh pelayanan konseling, tapi juga jika ada yang mau untuk persoalan atau masalahnya lebih lanjut dilakukan dalam proses hukum biasanya kami juga bekerja sama dengan teman-teman dalam jejaring seperti LP3P dan beberapa lembaga,” katanya.

Pelayanan konseling biasanya dilakukan pihaknya untuk pembimbingan dan menolong korban sendiri. “Supaya dia sendiri merasa nyaman dengan dirinya, ketika dia menghadapi masalah. Sehingga ketika korban itu ada dalam perasaan tenang dan nyaman, maka dia sendiri akan melihat apa yang dirasakan untuk menolong dirinya, tapi juga dia rasakan persoalan yang dihadapi,” katanya.(Abeth You)

Related posts

Leave a Reply