| Papua No.1 News Portal | Jubi
Wamena, Jubi – Eks tahanan politik (tapol) Papua, Linus Hiluka, menilai selama berjalannya Otonomi Khusus (Otsus) di Papua belum sepenuhnya menyentuh masyarakat asli Papua, justru dinikmati para elite politik baik yang di Papua maupun Jakarta.
Linus Hiluka juga tegas menolak perpanjangan Otsus Jilid II yang saat ini ramai dibicarakan, karena Otsus segera berakhir.
“Otsus Papua adalah jembatan emas untuk membinasakan orang Papua dan menghabiskan kekayaan Papua, penangkapan di mana-mana dan penahanan sewenang-wenang. Kalau Otsus ini keluar lagi, maka manusia Papua yang tersisa ini akan habis,” katanya, kepada wartawan di Wamena, Selasa (7/7/2020).
Untuk itu ia beranggapan lebih baik Otsus Papua ini tidak diperpanjang, kalau pun harus diperpanjang sebaiknya dikembalikan ke masyarakat asli Papua yang mempunyai kedaulatan.
“Kembalikan kepada rakyat yang punya kedaulatan, supaya rakyat mau pilih apa yang mereka tentukan, apakah diperpanjang Otsus itu atau pilih yang lain, beri kebebasan kepada rakyat Papua untuk memilih itu,” katanya.
Menurut dia, Undang-undang Otsus Papua sejauh ini dianggap bersifat otonomi biasa, dimana tidak ada kekhususan bagi Papua seperti tidak adanya pembentukan partai lokal Papua dan lain sebagianya.
“Dalam jembatan Otsus kebijakan yang diambil oleh pemerintah Papua rembuknya di Jakarta, jadi kebijakan diambil oleh pejabat Papua dalam hal ini gubernur tidak ada apa-apanya, Jakarta punya mau Papua ini tidak boleh bergerak, yang Jakarta hitung itu hanya kekayaan Papua,” katanya.
Terpisah, Ketua Pemuda Baptis di Tanah Papua, Sepi Wanimbo, mengatakan pemerintah pusat jangan memaksa rakyat Papua untuk melanjutkan Undang-undang nomor 21 tahun 2001 tentang Otsus Jilid II, tetapi berpikir cerdas, jernih dan bijaksana untuk penyelesaian persoalan masalah di Papua.
“Hadirnya Otsus sudah jelas dengan tujuan memperbaiki pendidikan, kesehatan, ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, namun yang ada hanya penderitaan bagi rakyat,” katanya. (*)
Editor: Kristianto Galuwo