Portal Berita Tanah Papua No. 1 | Jubi ,
Jayapura, Jubi – Orang asli Papua (OAP) yang bekerja sebagai karyawan di PT (Persero) Perusahaan Listrik Negara (PLN) semakin sedikit dan sulit diterima lagi menjadi karyawan baru.Dikhawatirkan lima tahun ke depan sudah tak ada lagi karyawan OAP, namun pihak PLN menanggapi bahwa minat mereka sedikit.
Hal ini menyebabkan Forum Komunikasi Orang Papua (Forkop) di PT PLN Persero Wilayah Papua dan Papua Barat, mendesak serta menuntut hak kesulungan lewat momentum Otsus, agar karyawan orang Papua harus memdapat porsi dan prioritas utama bekerja di salah satu BUMN milik negara tersebut.
Ketua Forkop PLN WP2B, Boaz Sineri menegaskan langkah memproteksi orang asli Papua di PLN, sejak kemarin Forkop menggelar aksi protes selama dua hari sejak, Rabu (4/1/2017)lewat sebuah baliho besar yang terpampang di pintu masuk sebelah kiri kantor PT PLN WP2B di-pusat jantung kota Jayapura.
Boas Sineri menegaskan bahwa sejak PLN berdiri di Bumi Cenderawasih tahun 1963 sampai tahun ini, tercatat orang asli Papua yang berkarya di PLN kurang lebih 200 orang.
"PLN sejak berdiri di Papua tahun 1963, tapi sampai saat ini karyawan orang Papua hanya berjumlah 200 orang," katanya merinci.
Pada hal data yang dihimpun Jubi dari PLN per 31 Desember 2016, jumlah pegawai PLN seluruh Papua dan Papua Barat total berjumlah 1314. Bandingkan dengan jumlah pegawai orang Papua yang hanya kurang lebih 200-an, sangat miris. Forkop juga menilai dan menduga bahwa manajemen PT PLN tidak menghargai orang Papua dan memandang atau menganggap orang Papua tidak mampu bekerja di PLN.
Sejumlah hal yang juga disorot Forkop dalam baleho ersebut diantaranya Kami minta manajemen PLN WP2B menjelaskan jumlah putra/putriorang asli Papua yang diterima lima tahun ke-belakang pendidikan D1, S1, SMA dan SMP.
"Kami minta manajemen PLN membuka penerimaan pegawai PLN dari jenjang pendidikan sarjana, D1, S1 khusus buat orang Papua," sambung Sineri.
Forkop memprediksi bila situasi tetap tidak berubah maka lima tahun ke depan orang Papua akan punah atau tidak ada lagi yang bekerja di PLN WP2B.
Sementara saat dikonfirmasi General Manager PLN Wilayah Papua dan Papua Barat (WP2B), Johanis Sukrilismono mengatakan kemarin ada aspirasi teman-teman Forkop, mereka mempertanyakan soal keberadaan orang Papua di PLN, khususnya seperti apa penerimaan pegawai di PLN, dapat mengakomodir putra/putri orang asli Papua.
Dalam pertemuan sekaligus diskusi tersebut Johanis sampaikan soal rekrutmen masuk untuk menjadi pegawai PLN, harus dipikirkan sebuah solusi yang tepat.
Sebab selama ini kata Johanis yang didampingi Manajer PLN Area Jayapura, John Yarangga katakan permasalahan utama adalah sedikitnya jumlah putra/putri Papua untuk bekerja di PLN.
"Hal itu dapat dilihat dari rendahnya animo saat mendaftar,"katanya.
Johanis mencontohkan saat pendaftaran pegawai PLN 2016, dari 800-an pelamar, minat untuk anak-anak Papua bekerja di PLN sangat rendah.
Sukrilismono katakan setelah pihak menejemen mengecek cek dari data yang ada, memang hanya sekitar 160-an yang asli orang Papua,berdasarkan marga-nya yang dilihat dan diamati.
"Cuma 160-an orang asli Papua yang mendaftar dari kurang lebih 800 pelamar di PLN," katanya merinci.
Persoalannya disitu, bukan orang asli Papua dihambat atau tidak diberikan kesempatan berkarya di PLN.
Kedepan kata Johanis, PLN tidak menutup diri, tetapi membuka kesempatan sebesar-besarnya buat anak-anak Papua yang punya keahlian serta berdedikasi tinggi untuk bekerja di BUMN pelat merah ini. (*)