Papua No.1 News Portal | Jubi
Praktik belajar di rumah belum tentu efektif. Orangtua mengintervensi penyelesaian tugas siswa.
PEMERINTAH memberi keleluasaan kepada pihak sekolah dalam menerapkan metode pembelajaran efektif selama masa pandemi Covid-19. Materi pembelajarannya pun disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi setempat.
“Karena siswa belajar di rumah, materinya disesuaikan dengan (kondisi) lingkungan sekitar agar tidak memberatkan orangtua (sebagai pembimbing). Mereka bisa memanfaatkan bahan yang tersedia di sekitar rumah sebagai alat bantu belajar,” kata Kepala Taman Kanak-Kanak (TK) Agape Luciana Loupatty di Nabire, Rabu (7/10/2020).
Adapun materi pelajaran tersebut, di antaranya pengenalan huruf latin dan tumbuh-tumbuhan. Pihak sekolah sebelumnya telah memberi pemahaman kepada para orangtua mengenai cara membimbing siswa saat belajar di rumah.
“Kami memberi arahan kepada orang tua, bagaimana menyampaikan materi dengan baik sehingga mudah dipahami siswa. Kami sadar itu tidak mudah, apalagi tidak semua orangtua punya banyak waktu karena juga harus bekerja,” jelas Loupatty.
Dia mengaku terus berupaya membangun hubungan baik antara guru dan orangtua supaya metode pembelajaran jarak jauh tersebut berjalan efektif. Mereka juga mendorong kemandirian siswa dalam membantu orangtua di rumah.
“Misalnya, anak-anak (membantu) mencuci piring. Orangtua kemudian merekam dan mengirim videonya (kepada guru). Itu (dianggap) sebagai pendidikan karakter,” lanjut Loupatty.
Penyesuaian metode pembelajaran selama pandemi juga diterapkan oleh TK Anugerah. Mereka menyiapkan tugas yang harus diambil orangtua di sekolah untuk diselesaikan siswa di rumah.
“Kami siapkan tugas, misalnya menggambar dan menyambung huruf latin. Tugas diambil orangtua, dan besoknya diserahkan ke sekolah,” kata Kepala TK Anugerah Marlin Sembiring.
TK Anugerah tidak menerapkan pembelajaran daring karena siswa mereka kebanyakan dari keluarga tidak mampu. Jumlahnya pun menyusut jika dibandingkan dengan tahun lalu.
“Saat ini ada 15 siswa, sedangkan pada tahun sebelumnya sebanyak 30 orang. Kami berharap pemerintah membantu kebutuhan siswa agar mereka dapat belajar secara daring,” ujar Marlin.
Sistem jemput bola juga diterapkan oleh Sekolah Dasar (SD) Inpres Kota Baru Nabire. Setiap guru menggandakan lembar kerja siswa (LKS) untuk diambil orangtua di sekolah.
“LKS dibagikan setiap Jumat, untuk dikerjakan siswa di rumah masing-masing. Kami tidak menerapkan belajar daring sebab tidak semua anak punya handphone (gawai),” jelas Erlani, Guru Kelas II SD Inpres Kota Baru Nabire.
Praktik belajar di rumah ternyata tidak menjamin efektivitas dan objektivitas siswa. Para guru mendapati ada sejumlah siswa yang tugasnya dikerjakan oleh orangtua mereka.
“Kami bisa mengetahuinya dari hasil tulisan. Kalau hurufnya kelihatan rapi, pasti orangtua yang mengerjakannya (tugas siswa),” kata Nurjana Salimubun, Guru Kelas I SD Inpres Siriwini.
Salimubun juga selalu memperbanyak LKS untuk dikerjakan para siswa di rumah masing-masing. Dia pun menjelaskan terlebih dahulu materi penugasan tersebut kepada orangtua sesaat sebelum diserahkan di sekolah. (*)
Editor: Aries Munandar