Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Kit rapid test atau perlengkapan yang digunakan dalam melakukan tes cepat virus korona memiliki sensitivitas dan spesifisitas berbeda-beda. Semua orang dengan hasil rapid test reaktif harus menjalani swab untuk mengambil lendir tenggorokan yang akan diuji dengan metode realtime PCR, untuk memastikan apakah benar orang itu terinfeksi virus korona.
Hal itu disampaikan Juru Bicara Satuan Tugas Covid-19 Papua, dr Silwanus Sumule SpOG di Jayapura, Senin (4/5/2020).“Dalam pemeriksaan kadang mendapatkan IgG positif, IgM positif, atau IgG positif, IgM negatif. Akan tetapi, apapun hasilnya, tetap dilanjutkan dengan swab, agar kita bisa memastikan apakah orang itu tidak terinfeksi,” kata Sumule.
Ia menjelaskan IgG negatif menunjukan bahwa orang ini pernah terinfeksi virus pada masa lalu, dan saat ini mempunyai kekebalan atau antibodi di dalam tubuh. Sedangkan IgM positif menunjukkan bahwa saat orang tersebut sedang terinfeksi.
“Alat rapid test yang dibagikan bermacam-macam sensitivitas dan spesifisitas, berbeda-beda. Sehingga kita mengambil kebijakan, apapun hasilnya, IgG maupun IgM, kalau hasilnya positif tetap kita lakukan swap,” katanya.
Terkait kekurangan Viral Transport Medium (VTM) atau wadah khusus untuk mengirimkan spesimen lendir tenggorokan yang membuat beberapa kabupaten di Papua kesulitan mengirimkan spesimen ke laboratorium penguji PCR di Jayapura, Sumule menyatakan sejak awal Pemerintah Provinsi Papua telah membagikan VTM. Akan tetapi, pola pembagian harus mengikuti perkembangan kasus di setiap kabupaten/kota.
“Hari ini VTM kita bagi sesuai jumlah kasus. Jadi kita mendorong Kabupaten Mimika mendapatkan jumlah yang besar,” kata Sumule.
Sumule berharap Pemerintah Kabupaten Mimika dan PT Freeport Indonesia (PTFI) juga bisa mengadakan sendiri VTM, agar pengiriman spesimen Orang dalam Pemantauan (ODP) maupun Pasien dalam Pengawasan (PDP) dari Mimika ke Jayapura lancar. “Barang itu kita bisa beli di Jawa, jadi tidak usah kuatir. Provinsi tetap membantu, tapi kabupaten bisa mengadakan sendiri,” ujarnya.
Terkait 51 kasus positif yang ditemukan di Distrik Tembagapura, Sumule membenarkan bahwa sebagian besar dari pasien positif korona itu merupakan orang yang bekerja di PTFI. “Data pastinya saya harus lihat. Saya harus memastikan dengan pasti, apakah pegawai Freeport, atau supplier di sana. Saya harus keluarkan data hati-hati,” kata Sumule.
Dari komunikasi Satuan Tugas Covid-19 Papua dengan manajemen PTFI, Sumule memastikan sudah ada kebijakan untuk melakukan tes cepat Covid-19 kepada semua pekerja PTFI. “Jadi semua pegawai akan menjalani rapid test. Saya pikir itu langkah yang maju yang dilakukan oleh manajemen, untuk mengetahui sedini mungkin apakah seseorang positif atau negatif. Dan jika positif akan dilanjutkan dengan pengambilan swab untuk dilakukan tes dengan menggunakan PCR,” katanya. (*)
Editor: Aryo Wisanggeni G