Oposisi Kepulauan Solomon tolak tuduhan ia terlibat dalam kerusuhan

Kompleks Chinatown di Honiara di mana beberapa bangunan masih terbakar. - Georgina Kekea

Papua No.1 News Portal | Jubi

Honiara, Jubi – Pemimpin Oposisi Kepulauan Solomon telah menolak dengan tegas semua klaim bahwa ia juga telah menghasut atau bertanggung jawab atas kerusuhan di ibu kota, Honiara.

Matthew Wale juga meminta Perdana Menteri Manessah Sogavare untuk mengundurkan diri, tetapi ia membantah tuduhan sang PM bahwa ia turut mendorong orang-orang untuk menyerang Parlemen.

Saat diwawancarai oleh ABC, Sogavare juga menangkis ada alasan lain dari para pengunjuk rasa tentang pemerintahannya, ia bersikeras bahwa perbedaan pandangan bahwa pengakuan diplomatik atas Tiongkok atau Taiwan adalah satu-satunya sumber konflik.

“Itu satu-satunya persoalannya, satu-satunya masalah, dan sayangnya, itu dapat digunakan dan didorong oleh kekuatan lain,” jelasnya. “Negara-negara yang sekarang mempengaruhi Malaita ini adalah negara-negara yang tidak ingin ada hubungan dengan Republik Rakyat Tiongkok dan mereka menghalangi Kepulauan Solomon dari menjalin hubungan diplomatik dan mematuhi hukum internasional dan resolusi PBB.”

“Saya tidak mau menyebut nama, kita biarkan saja, kita tahu siapa mereka,” katanya.

Sogavare juga menolak desakan dari Pemimpin Oposisi, Matthew Wale, untuk mengundurkan diri dan menegaskan bahwa ia “sangat yakin” bahwa pemerintahannya aman.

“Saya tidak akan tunduk pada siapa pun,” tambahnya. “Kami masih utuh, pemerintah kami utuh dan kami akan membela demokrasi. Orang itu (Wale) berada di balik semua hal yang terjadi ini… ia mendorong orang-orang Malaita untuk datang ke Honiara untuk mengganggu Parlemen kita.”

Namun Wale mengatakan kepada Pacific Beat, orang-orang Kepulauan Solomon merasa tidak berdaya untuk mengubah banyak hal di negara itu melalui proses demokrasi.

“Saya harus menegaskan, saya dengan tegas menolak tuduhannya, bahwa saya berada di balik semua ini,” tutur Wale. “Saya tidak pernah membenarkan kekerasan apapun… orang-orang di negara ini merasa bahwa proses demokrasi itu tidak bermanfaat untuk mereka, bahwa pemerintah mereka sendiri adalah boneka Tiongkok.”

Ia juga mengkritik tuduhan PM Sogavare yang menyalahkan kekuatan asing atas kerusuhan itu.

“Menurut saya tidak ada orang di belakang aksi ini. Ini semua domestik. Saya pikir itu bodoh, untuk menyalahkan pihak mana pun dari luar.”

Sementara itu, perusuh telah menargetkan kompleks Perdana Menteri Kepulauan Solomon, membakar satu bangunan.

Jumat ini (26/11/2021) adalah hari ketiga protes di ibu kota Honiara, yang meminta agar PM Manasseh Sogavare mengundurkan diri.

Jurnalis lepas ABC, Chrisinrita Amanu-Leong, mengatakan orang mulai mengalihkan perhatian mereka ke kediaman sang PM.

“Di depan kediaman Perdana Menteri saya bisa melihat terjadinya penjarahan, ada pot tanaman yang hancur di mana-mana,” katanya.

Saat ini rumahnya telah dijaga oleh polisi, dan gedung utama di kediaman itu tidak dirusak oleh kobaran api.

Pada Kamis malam, satu kontingen Polisi Federal Australia yang beranggotakan 23 anggota tiba di Honiara untuk membantu kepolisian Kepulauan Solomon, setelah Sogavare meminta bantuan negara itu.

Sementara menurut NBC PNG, pemerintah itu dan Papua Nugini juga sedang membahas rencana untuk mengerahkan Pasukan Pertahanan dan personel polisi ke Kepulauan Solomon. Dilaporkan bahwa Perdana Menteri James Marape telah menerima permintaan bantuan aparat tambahan untuk menjaga hukum dan ketertiban di Honiara. (ABC/PACNEWS)

 

Editor: Kristianto Galuwo

Leave a Reply