Tak ada perbedaan OAP dan Non-OAP dalam Pemilihan Duta Bahasa Papua

papua
Alex Romi dan Khanaya Vannesa Salsabilah mewakili Papua pada ajang Pemilihan Duta Bahasa Nasional Tahun 2021 di Jakarta. - Jubi/Dok. Balai Bahasa Provinsi Papua.

Papua No.1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Pemilihan Duta Bahasa Papua selama ini menjadi ajang kompetisi bagi generasi muda di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Pemilihan diadakan sejak 2008 oleh Balai Bahasa Provinsi Papua yang berada di bawah Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Pembina Ikatan Duta Bahasa Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (Ikadubas Papua) Balai Bahasa Provinsi Papu, Ummu Fatimah Ria Lestari, SS, MA mengatakan selama ini pemuda di Papua, baik Orang Asli Papua (OAP) maupun bukan Orang Asli Papua (non-OAP) yang memenuhi persyaratan memiliki kesempatan dalam Pemilihan Duta Bahasa Papua.

“Ini bukan persoalan identitas, tapi persoalan siapa yang mau berkompetisi. Jadi kami tidak pernah meduta bahasambedakan peserta maupun pemenang yang OAP dan Non-OAP. Dalam persyaratan peserta Pemilihan Duta Bahasa Papua juga tidak ada persyaratan harus OAP dan atau non-OAP. Selama dia memenuhi persyaratan dan mengikuti ketentuan pendaftaran, dia berhak ikut pemilihan,” ujarnya.

BACA JUGA: Para pelajar Papua penikmat buku fiksi

Ummu menjelaskan pemenang dalam Pemilihan Duta Bahasa Papua 2020 untuk putra adalah Oliver Giay untuk Pemenang I. Kemudian Pemenang II Fadila T. Papalangi Pemenang III Maikel Apaseray, Pemenang Harapan I Alex Romi, Pemenang Harapan II Adnan Ramadhan, dan Pemenang Favorit Jembris Kambuaya.

Sedangkan untuk putri Pemenang I diraih Januaria O. Mindipko. Pemenang II Abigael Penggu, Pemenang III Khanaya Salsabilah, Pemenang Harapan I Ningrat H. Fadhilah, Pemenang Harapan II Karlince Kogoya, dan Pemenang Favorit Nurlia.

Sejak 2009, kata Ummu, pemilihan Duta Bahasa Papua tidak rutin dilakukan setiap tahun. Alasannya, karena masalah penganggaran, seperti pada 2021 kegiatan ini tidak dilaksanakan karena anggaran Pemilihan Duta Bahasa Papua dialihkan untuk penanganan pandemi Covid-19. Namun, pembinaan para Duta Bahasa Papua angkatan 2008 hingga 2020 tetap dilakukan melalui Ikadubas Papua.

“Kami bina para pemenang dan finalisnya melalui Ikadubas Papua. Kalau mereka mau bergabung dalam kegiatan Ikadubas Papua, kami terima semua,” katanya.

Menurut Ummu proses penjaringan peserta Pemilihan Duta Bahasa Papua dimulai dengan melakukan sosialisasi di sekolah dan kampus. Kemudian dilanjutkan dengan proses pendaftaran dan tahap pemilihan. Jumlah peserta yang diterima pada 2020, pemilihan terbaru juga terbatas.

“Kami menerima semua warganegara Indonesia yang berusia 17 tahun 25 tahun, tetapi karena kita pemilihan di wilayah Papua maka dia (peserta) harus berdomisili di wilayah Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat,” ujarnya.

Ada tiga juri yang terlibat dalam proses pemilihan. Mereka adalah praktisi, akademisi, dan staf Balai Bahasa Provinsi Papua. Persyaratan untuk mengikuti Pemilihan Duta Bahasa Papua antara lain fasih berbahasa Indonesia secara lisan maupun tulisan, mampu membuat dan menyajikan makalah, mampu berbahasa daerah dan bahasa asing, memiliki wawasan mengenai budaya daerah dan budaya Indonesia, serta menguasai salah satu karya seni, baik tradisional maupun modern.

Adapun pemilihan pengurus Ikadubas Papua biasanya dilakukan pada bulan Desember. Pemilihan tersebut untuk masa kepengurusan Januari hingga Desember tahun berikutnya atau satu tahun.

Ikadubas Papua baru terbentuk pada tahun 2000 dengan A. Raquela Sanggenafa sebagai ketuanya. Oleh karena itu, para pemenang Dubas Papua angkatan 2019 dan 2000 sudah dibina dalam Ikadubas Papua tersebut, dan mereka dilibatkan sebagai reksa bahasa dalam beberapa kegiatan.

“Selain melaksanakan kegiatan Reksa Bahasa, pasangan Pemenang I Dubas Papua angkatan 2019 dan 2020 juga dipersiapkan untuk mengikuti Pemilihan Duta Bahasa Nasional,”  katanya.

Menurut Ummu bukan hal yang mudah untuk memilih dan mengirimkan Dubas Papua untuk mengikuti pemilihan Duta Bahasa Nasional setiap tahun. Ada tahapan panjang yang harus dilalui dan kebijakan yang mesti diambil, seperti saat memilih Alex Romi dan Khanaya V. Salsabilah untuk mengikuti Pemilihan Duta Bahasa Nasional Tahun 2021.

“Meskipun Balai Bahasa Provinsi Papua tidak mengadakan Pemilihan Duta Bahasa Papua 2021, Balai Bahasa Provinsi Papua tetap diminta untuk mengirimkan perwakilannya,” ujarnya.

Ummu mengatakan persiapan untuk mengikuti Pemilihan Duta Bahasa Nasional ini sudah dimulai pada awal 2021. Awalnya, Balai Bahasa Provinsi Papua akan mempersiapkan Abigael Penggu dan Fadila T. Papalangi. Namun, Fadila ternyata lulus tes masuk Polri dan tidak mungkin bisa mengikuti Pemilihan Duta Bahasa Nasional.

Selanjutnya, Balai Bahasa Provinsi Papua beralih kepada pasangan Pemenang III, Maikel Apaseray dan Khanaya V. Salsabilah. Di tengah proses persiapan, beberapa hari sebelum Dubas Papua diberangkatkan ke Jakarta, Maikel Apaseray mengundurkan diri karena harus mengikuti proses karantina untuk beasiswanya ke Jepang.

Setelah melalui berbagai pertimbangan, Balai Bahasa Provinsi Papua mengambil kebijakan untuk mengganti Maikel Apaseray dengan Alex Romi. Akhirnya, Khanaya V. Salsabilah berpasangan dengan Alex Romi untuk mengikuti Pemilihan Duta Bahasa Nasional Tahun 2021 di Jakarta.

“Begitulah cerita perwakilan Dubas Papua dalam mengikuti pemilihan di tingkat nasional tahun 2021 ini,” katanya. (*)

Editor: Syofiardi

Leave a Reply