Nunggak kontrakan dua tahun, mahasiswa Puncak Papua di Semarang diusir

Pelajar dan Mahasiswa Puncak Papua kota studi Semarang usai mengemasi barang-barang dan meninggalkan kontrakan mereka - Jubi/Dok.
Pelajar dan Mahasiswa Puncak Papua kota studi Semarang usai mengemasi barang-barang dan meninggalkan kontrakan mereka – Jubi/Dok.

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Sejumlah mahasiswa asal Puncak Papua diusir dari asrama mereka di Kota Semarang, Jawa Tengah akibat menunggak pembayaran sewa.

Read More

Ketua korwil Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Kabupaten Puncak Papua (IPMAP ) Kota Studi Semarang Beminus Murib mengatakan, para penghuni kontrakan di usir keluar pada Rabu 1 Mei 2019 karena belum membayar kontrakan selama dua tahun. Seharusnya kewajiban pembayaran sewa asrama merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Puncak, Papua.

“Sekarang sudah mau masuk tahun ketiga karena belum juga membayar biaya kontrakan maka kami minta tolong kepada pemerintah agar perhatikan baik kinerja setiap SKPD yang ada di kabupaten Puncak Papua yang mana tidak memperhatikan masalah tempat tinggal di kota studi,” katanya saat dihubungi Jubi, Kamis (02/5/2019).

Beminus Murib menduga, keterlambatan pembayaran sewa asrama ini akibat buruknya kinerja SKPD yang menangani bidang pendidikan dan sosial. Akibatnya pelajar dan mahasiswa yang ada di Semarang harus menjadi korban.

“Kami ini aset daerah Puncak jadi tolong lihat kinerja Dinas Sosial karna kami ikatan pelajar dan mahasiswa kabupaten Puncak Papua sangat menderita sejak di pimpin oleh Kepala Dinas Sosial yang baru. Kami rasa betul perbedaan antara yang dulu dengan sekarang jadi kami minta tolong jika anda anak daerah tolong kerja dengan hati yang tulus dan layani dengan baik karna itu tanggung jawab yang diberikan kepadamu untuk melayani jadi kami minta tolong perhatikan kami,” harapnya.

Murib mengatakan selama tinggal di asrama, para pelajar dan mahasiswa selalu berusaha mandiri. Meski ada beberapa tunjangan yang tak diberikan kepada mereka.

“Kami sudah menghubungi kepada dinas sosial, bendahara, sekretaris Kabid namun kami hanya di beri janji-janji manis hingga saat ini tanpa realisasi yang nyata,” katanya.

Sementara itu Wenis Murib salah satu pelajar yang diusir dari kontrakan berharap pemerintah Puncak Papua memperhatikan kebutuhan mereka di kota studi. Ini agar pendidikan yang mereka tempuh dapat berjalan dengan baik dan selesai tepat waktu sehingga bisa pulang dan membangun Papua. (*)

Editor      : Edho Sinaga

Related posts

Leave a Reply