Pasien pertama COVID-19 di Mimika, sembuh setelah 15 hari jalani isolasi

Novalina S, pasien yang sembuh dari COVID-19 di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua. (ANTARA/Evarianus Supar)

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Timika, Jubi – Pasien pertama yang dikonfirmasi positif terserang COVID-19 di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, dinyatakan sembuh pada 2 Mei 2020, setelah 15 hari menjalani perawatan di ruang isolasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mimika.

Read More

Novalina S, warga Kelurahan Kuala Kencana, masuk ke RSUD Mimika untuk menjalani perawatan pada 23 Maret 2020. Ia bersama seorang pasien lainnya pada 29 Maret dinyatakan terinfeksi virus corona tipe baru SARS-CoV-2 berdasarkan hasil pemeriksaan.

Novalina mengaku sudah mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan terburuk dan saat mengetahui hasil pemeriksaan menunjukkan dia terinfeksi virus corona dia menguatkan diri untuk menghadapinya.

​​​​​​”Perasaan saya saat itu yah tetap bersemangat. Saya sudah mempersiapkan diri, apapun hasilnya saya harus siap menjalani itu dengan sebaik-baiknya,” tutur Novalina dalam video berdurasi sekitar enam menit yang diambil oleh tim RSUD Mimika.

Novalina menetapkan tekad untuk berusaha segera sembuh supaya bisa segera berkumpul dengan dua buah hati dan sang suami di rumah.

“Saya ingin sekali cepat menyelesaikan proses penyembuhan penyakit saya supaya bisa bertemu dengan anak-anak dan keluarga saya di rumah,” katanya.

Setelah didiagnosis terserang COVID-19, kabar tentang Novalina bertebaran di media sosial. Warga ingin tahu dari mana dia tertular, siapa saja yang pernah dia temui, dan ke fasilitas kesehatan mana saja dia pernah memeriksakan diri.

Kabar mengenai Novalina menjadi bahan perbincangan di Timika, ibu kota Kabupaten Mimika yang berpenduduk sekitar 250 ribu jiwa. Kondisi yang demikian mempengaruhi keadaan psikologis Novalina.

“Saat berita tentang saya bertebaran di medsos dan sampai ke telinga saya membuat saya drop. Semua itu merusak pikiran saya, semangat saya dan perasaan saya. Saya merasa bahwa masyarakat sepertinya tidak menerima saya,” kata Novalina.

Dia sempat frustrasi. Namun kemudian berusaha membulatkan tekad untuk lekas sembuh. Dia lantas menutup semua akun media sosial supaya imunitasnya tidak turun karena pikirannya tidak terganggu pergunjingan mengenai kondisi sakitnya.

“Saya tutup semua akun media sosial saya, saya tidak perduli dengan apapun omongan orang di luar sana,” tutur perempuan yang lahir di Kota Medan, Sumatera Utara tersebut.

​​​​Novalina mengaku mendapat perlakuan dan pelayanan sangat baik dari para petugas selama 15 hari menjalani perawatan di ruang isolasi untuk pasien COVID-19 di RSUD Mimika.

“Tim dokter, perawat, bahkan tenaga kebersihan setiap hari mendatangi ruangan saya, mereka merawat saya, mendoakan saya, bahkan memberi saya semangat untuk cepat sembuh. Hal itu membuat saya semakin optimis bahwa saya pasti akan sembuh. Terima kasih atas semua pelayanan, perhatian yang kalian semua keluarga besar RSUD Mimika berikan untuk saya,” katanya.

Ia berpesan kepada semua orang, khususnya warga Mimika, berusaha menghindari penularan virus corona dengan langsung melakukan isolasi selama minimal 14 hari setelah pulang dari daerah penularan serta menghindari kontak dengan orang dengan gejala sakit serupa COVID-19.

Novalina juga menyarankan mereka yang mengalami gejala serupa influenza, demam, batuk kering, dan sesak nafas segera memeriksakan kesehatan ke fasilitas kesehatan terdekat.

Penularan COVID-19

Menurut data Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Kabupaten Mimika, sejak 29 Maret hingga 3 Mei 2020 jumlah pasien COVID-19 di Mimika secara kumulatif sebanyak 87 orang dengan perincian 71 masih menjalani perawatan, 13 di antaranya dinyatakan sudah sembuh, dan tiga orang meninggal dunia.

Sepuluh dari 13 pasien yang sudah dinyatakan sembuh sebelumnya menjalani perawatan di RSUD Mimika.

Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Kabupaten Mimika Reynold Ubra mengatakan peningkatan kasus positif COVID-19 di Mimika dalam beberapa pekan terakhir menunjukkan upaya pencarian dan penemuan kasus baru terus berjalan.

Dia mengatakan bahwa penyebaran COVID-19 utamanya dipengaruhi oleh tingginya aktivitas atau pergerakan penduduk.

“Virus ini berpindah begitu cepat berkorelasi dengan pergerakan orang baik secara berkelompok ataupun sendiri-sendiri. Masyarakat Mimika harus bijaksana untuk tetap tinggal di rumah, tidak bepergian kemana-mana, tidak berkerumun, menjaga jarak sosial dan jarak fisik, mencuci tangan memakai sabun, dan melaksanakan pola hidup bersih dan sehat,” katanya.

Sementara itu, Wakil Bupati Mimika Johannes Rettob menyatakan optimistis jumlah pasien yang sembuh dari COVID-19 di Mimika akan terus bertambah dan penularan virus corona bisa segera dikendalikan.

“Berdasarkan laporan yang saya terima dari Tim Gugus Tugas, kondisi semua pasien yang dirawat dan diisolasi di rumah sakit semuanya stabil, bahkan ada banyak yang sebetulnya kondisinya sehat cuma mereka terkonfirmasi positif saat pemeriksaan PCR. Kami yakin dalam minggu-minggu mendatang pasien yang sembuh akan bertambah banyak,” kata Johannes.

Mantan Kepala Dinas Perhubungan dan Kominfo Mimika itu memuji kerja Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Mimika dalam melakukan pelacakan kontak terhadap hampir 1.000 orang.

“Dengan penanganan yang sudah dilakukan saat ini, kami sangat yakin Mimika bisa secepatnya dapat mengendalikan wabah ini. Kalau kasus sekarang sangat tinggi, bahkan tertinggi di Provinsi Papua, itu karena tim bekerja keras untuk menemukan kasus, melakukan pemeriksaan…,” katanya.

Ia menjelaskan bahwa orang-orang yang berdasarkan hasil pemeriksaan menggunakan alat tes diagnostik cepat terindikasi terserang virus corona sampel usapnya segera diambil untuk diperiksa lebih lanjut di laboratorium di Jayapura.

“Sekali kami kirim bisa sampai 20 sampel swab. Tidak heran kalau angka positif COVID-19 di Mimika sangat tinggi sekarang ini. Kami berharap Mimika bisa menuntaskan wabah ini dengan target sampai bulan Juni,” kata Johannes.

Dia menekankan pentingnya warga mematuhi protokol kesehatan yang ditetapkan untuk menghindari penularan COVID-19 dalam upaya pengendalian penyakit tersebut.

“Hanya satu saja kunci agar kita bisa melewati situasi yang sulit ini yaitu masyarakat harus patuh, tetap tinggal di rumah,” demikian Johannes Rettob. (*)

Editor: Syam Terrajana

Related posts

Leave a Reply