Nigeria selamatkan korban tahanan berkedok sekolah agama

Papua
Ilustrasi, pixabay.com
Ilustrasi, pixabay.com

Lokasi itu tempat mereka dirantai dan menjadi sasaran perlakuan biadab dan tak manusiawi.

Papua No. 1 News Portal | Jubi,

Read More

Maiduguiri, Jubi – Kepolisian di Nigeria Utara menyelamatkan hampir 70 pria dan anak laki-laki dari sekolah agama. Lokasi itu tempat mereka dirantai dan menjadi sasaran perlakuan biadab dan tak manusiawi.

Penggerebekan di Katsina, negara bagian asal Presiden Muhammadu Buhari, terjadi sebulan setelah sekitar 300 pria dan anak laki-laki dibebaskan dari sekolah agama lainnya di negara bagian tetangga Kaduna, tempat mereka diduga disiksa dan dilecehkan.

“Dalam penyelidikan, 67 orang berusia kisaran tujuh hingga 40 tahun ditemukan dalam kondisi dirantai,” kata juru bicara kepolisian Katsina, Sanusi Buba dalam satu pernyataan.

Baca juga : Kelompok bersenjata di Nigeria bunuh 25 orang

Serangan militan, puluhan ribu orang tinggalkan Nigeria ke Kamerun

ISIS klaim tewaskan 30 tentara Nigeria

Menurut Sanusi, para korban juga ditemukan telah mengalami berbagai perlakukan tak manusiawi dan biadab.

Penggerebekan terjadi pada 12 Oktober di Sabon Garin di daerah Daura, Negara Bagian Katsina. Menurut pernyataan kepolisian pada Senin, pihaknya sedang berupaya mempertemukan para korban dengan keluarga mereka.

Polisi menangkap seorang pria bernama Mallam Bello Abdullahi Umar, 78, karena mengelola apa yang mereka sebut sebagai penahanan ilegal atau rumah tahanan.

Lawai Musa, pedagang yang tinggal di dekat lokasi, mengatakan kepada Reuters bahwa para keluarga mengirimkan anak-anak nakal mereka di sana, yang mereka yakini mampu memperbaiki akhlak dan mengajarkan ajaran agama kepada anak-anak mereka.

“Cara ia memperlakukan anak-anak tidak berpedoman pada agama. Kami tidak suka, mereka diperlakukan secara ilegal,”katanya.

Sekolah agama, yang dikenal dengan nama Almajiris, lazim buatsebagian besar Muslim Nigeria Utara. Organisasi setempat Muslim Rights Concern (MURIC) memperkirakan sekitar 10 juta anak berada di bawah naungan sekolah tersebut.

Pada Juni Presiden Buhari mengatakan pemerintah berencana melarang sekolah-sekolah tersebut, tetapi tidak untuk saat ini. Setelah insiden di Kaduna presiden mengeluarkan pernyataan, yang menyerukan pihak berwenang bekerja sama dengan pemerintah mengungkap praktik budaya yang tak diinginkan yang menjerumus pada pelecehan terhadap anak-anak.

Kantor Buhari menolak berkomentar terkait penggerebekan Katsina, dengan dalih akan mengeluarkan pernyataan seusai mendapat laporan komprehensif dari pihak kepolisian. (*)

Editor : Edi Faisol

Related posts

Leave a Reply