Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Nesthy Stella Iriani Pedai atau yang dijuluki spidergirl dari Papua, menjadi atlet asli Papua pertama yang menyumbangkan medali emas dari cabang olahraga panjat tebing Pekan Olahraga Nasional (PON) XX.
Pencapaian Nesthy itu bukanlah sebuah kejutan bagi dirinya pribadi dan juga timnya. Dia memang sudah diprediksikan bisa mendapatkan medali emas, dari sejumlah atlet potensial yang disiapkan oleh tim panjat tebing Bumi Cenderawasih.
Ajang PON XX ini menjadi debut spidergirl Papua itu di papan climbing. Dia baru berusia 19 tahun, lahir di Warironi, Kepulauan Yapen, 8 Oktober 2002.
Sejak awal, Nesthy memang sudah diunggulkan untuk merebut medali emas di cabang olahraga panjat tebing PON XX. Walau baru menekuni olahraga climbing sejak tahun 2019, performa gesitnya di dinding tebing cukup mengejutkan. Nesthy cakap di semua nomor dan membuatnya masuk dalam salah satu unggulan provinsi tertimur Indonesia itu untuk mendapatkan medali emas.
“Saya memilih cabor panjat tebing karena saya merasa tertantang dengan jalur-jalur kesulitan di dinding tebing. Saya mulai menyukai cabor ini sejak pertama kali mencoba. Saya belajar manjat di Universitas Yapis Dok 5 Jayapura dan mulai bergabung dengan tim panjat tebing tahun 2019,” ujar Nesthy.
Sebelum tampil di ajang PON XX, Nesthy sempat menjadi juara 1 dalam sebuah kejuaraan daerah di Bogor di kelas Speed World Record (WR) putri.
Baca juga: Panjat Tebing: Jabar putra posisi pertama, Banten pimpin di kategori putri
Pelatih panjat tebing Papua, Judistiro, yang juga mantan atlet dan pelatih tim nasional sejak awal memang sudah optimis climber lokal asal Kepulauan Yapen itu bisa menyumbangkan medali emas.
“Sejauh ini saya melihat yang sangat berpotensi mendapatkan medali emas itu si Nesthy. Dia pemanjat yang lengkap, dia punya kemampuan yang bagus di tiga nomor yakni speed, lead, dan boulder. Dia sudah membuktikan dirinya sanggup bersaing dan memberikan perlawanan yang ketat bagi atlet dari daerah lain secara perorangan,” beber Judistiro.
Dan, keyakinan sang pelatih akan seorang Nesthy itu bukan hanya sebuah pengharapan. Nesthy akhirnya sanggup menyumbangkan medali emas pertama dari cabor panjat tebing.
Nesthy mendapatkan medali emas pertamanya bersama Abas Hamid di nomor speed classic mix (campuran) yang dipertandingkan pada Selasa (28/9/21) lalu.
Abas dan Nesthy berhasil meraih emas dengan catatan waktu 34,58 detik menggungguli climber asal Jawa Timur di posisi kedua, Rahmad Adi Mulyono dan Dhorifatus Syafi’iyah, yang meraih medali perak dengan catatan waktu panjat 34,59 detik.
Raihan itu mencatatkan nama Nesthy sebagai atlet asli Papua pertama yang mempersembahkan medali emas untuk kontingen Papua, sebelum disusul oleh pedayung putri, Stevani Maysche Ibo.
“Sangat senang, dan pastinya pasti saya bersyukur kepada Tuhan atas pencapaian medali emas yang saya bisa sumbangkan kepada Papua. Terima kasih juga buat warga Papua yang sudah dukung dan doakan kami panjat tebing Papua. Terima kasih juga buat pelatih dan juga pembuat jalur teman-teman FPTI yang saling support juga buat pengurus FPTI, terima kasih. Medali emas ini saya persembahkan kepada masyarakat Papua,” ujar Nesthy.
Climber jebolan salah satu SMK di Jayapura itu masih berpeluang besar menambah medali emas untuk kontingen Papua di beberapa nomor yang akan ia ikuti di cabang olahraga panjat tebing. (*)
Editor: Dewi Wulandari