Papua No. 1 News Portal | Jubi
Merauke, Jubi – Yance Konakay, seorang nelayan lokal yang tinggal di Payum, Kelurahan Samkai, Kabupaten Merauke mengeluhkan jika selama ini tak ada bantuan jaring dari pemerintah setempat.
“Setiap hari saya turun ke laut menjaring mencari ikan, kepiting, maupun ikan. Namun hanya menggunakan jaring yang dibeli sendiri. Sejauh ini belum ada bantuan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Merauke,” ujar Yance kepada Jubi, Rabu (24/4/2019).
Saat menjaring, menurutnya, dilakukan secara manual tanpa peralatan memadai seperti perahu atau ketinting.
“Mau bilang bagaimana lagi, alat jaring saja tak diberikan. Bagaimana mengharapkan ketinting atau lain-lain untuk mendukung aktivitas melaut,” katanya.
Biasanya, kata dia, jaring yang dibeli berkisar antara Rp 400 ribu sampai Rp 1,3 juta.
“Memang jaring tarik harganya sangat mahal. Mau tidak mau, tetap beli agar kegiatan melaut dapat berlangsung,” katanya.
Dari hasil penangkapan ikan, udang maupun kepiting, katanya, dibawa dan dijual di pasar atau tempat lain. Uangnya dimanfaatkan memenuhi kebutuhan hidup setiap hari.
“Saya berharap pemerintah memberikan perhatian kepada kami nelayan lokal yang belum disentuh secara baik selama ini,” pintanya.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Merauke, Hendrikus Hengky Ndiken, menegaskan setiap saat dirinya selalu berteriak di ruang sidang agar orang asli Papua diberikan perhatian khusus.
Hanya saja, jelas dia, belum adanya sentuhan pelayanan secara baik, sehingga dari waktu ke waktu, masyarakat terus mengeluh. (*)
Editor: Dewi Wulandari