Papua No.1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Pemerintah Belanda mulai memperkenalkan jenis pemeriksaan virus Covid-19 menggunakan hembusan napas atau rapid breath test pada Rabu (3/2/2021) kemarin.
Selain mempercepat proses pengujian massal, metode pemeriksaan Covid-19 baru ini diterapkan Belanda demi memberi kenyamanan lebih terhadap orang yang diperiksa.
Baca juga : Inggris terapkan isolasi saat Covid-19 di Prancis dan Belanda meningkat
Cegah penyebaran Covid-19, Belanda tak wajibkan pemakaian masker
Kerusuhan terjadi saat protes menolak lockdown di Belanda
Tes Covid-19 melalui napas tak perlu memasukan alat ke dalam hidung atau tenggorokan seperti tes rapid dan polymerase chain reaction (PCR) yang selama ini diterapkan.
Otoritas kesehatan Belanda memperkenalkan metode tes corona baru ini sebagai SpiroNose setelah melalui pengujian selama berbulan-bulan.
Pakar Penyakit Menular dari Layanan Kesehatan Kota Amesterdam, Mariken van der Lubben, mengatakan SpiroNose terbukti efektif mendeteksi virus corona dalam tubuh. “Jika hasil uji (SpiroNose) Anda negatif, maka itu hasil yang sangat dapat dipercaya dan Anda bisa pergi,” kata Van der Lubben kepada Reuters.
Namun, jika hasil tes SpiroNose positif, maka individu tersebut harus melakukan tes lanjutan dengan metode PCR.
fasilitas kesehatan Belanda juga telah memesan sekitar 1.800 mesin SpiroNose. Negara itu berencana mulai menerapkan tes Covid-19 SpiroNose di fasilitas-fasilitas pengujian corona di seluruh negeri dalam beberapa bulan ke depan.
“Ini teknologi yang menjanjikan, terutama karena kecepatannya, Anda bisa mendapatkan hasil tes dalam satu menit,” kata Ahli Virologi Belgia, Marc Van Ranst.
Perbandingan kecepatan tes SpiroNose dengan PCR juga harus dipertimbangkan terkait apakah tes napas tersebut juga bisa mendeteksi perbedaan antara berbagai jenis virus. Teknologi SpiroNose ini dibuat oleh perusahaan teknologi kesehatan Belanda, Breathomix. Perusahaan itu awalnya mengembangkan mesin untuk mendeteksi asma dan kanker parpu-paru.
Namun, perusahaan menuturkan telah mengumpulkan cukup data yang memungkinkan mesin teknologinya itu mendeteksi virus corona.
“Dalam beberapa bulan terakhir kami telah mengukur ribuan pasien dengan Covid-19 dan orang yang tidak terinfeksi corona, jadi kami tahu bagaimana profil napas rata-rata pengidap corona dan pasien non-corona,” ujar Pemimpin Eksekutif Breathomix, Rianne de Vries.
de Vries menuturkan perusahaannya tengah menjajaki opsi untuk mengoperasikan mesin SpiroNose di perusahaan atau sekolah untuk menciptakan lingkungan yang aman dari Covid-19.
Meski begitu, de Vries menekankan teknologi ini tidak menjadi alasan untuk melonggarkan protokol kesehatan yang selama ini diterapkan terkait pandemi corona. (*)
CNN Indonesia
Editor : Edi Faisol