Papua No.1 News Portal
Kimaam, Jubi– Kepala Kampung Kiworo, Eliandar Emanuel Kanangku mengungkapkan, Tradisi Ndambu bagi masyarakat di Pulau Kimaam yang meliputi Distrik Kimaam dan Distrik Waan adalah motivasi atau dorongan bagi setiap orang membuka lahan untuk bekerja menanam umbi-umbian, pisang, kelapa, wati dan lain-lain.
“Memang Ndambu bagi masyarakat setempat merupakan tradisi yang terus dijaga serta dipelihara. Karena merupakan warisan nenek moyang,” ungkap Eliandar saat ditemui Jubi Jumat (21/8/2020).
Kegiatan Ndambu, menurutnya, dapat dilakukan ketika ada persoalan dilakukan. “Misalnya saja, saya sudah memiliki isteri, tetapi pergi ganggu isteri orang lain. Ini kan sudah masalah besar dan nantinya keluarga korban, mendambu kami setelah dilakukan pembicaraan,” ujarnya.
Untuk pelaksanaan Ndambu, menurutnya, tidak langsung dilaksanakan. Tetapi diberikan waktu hingga satu tahun. Selama setahun itu, pelaku yang mengganggu isteri orang, diberikan kesempatan menanam sejumlah hasil alam mulai dari kumbili, ubi jalar, kelapa, tebu, pisang, wati dan lain-lain.
“Jadi bersama keluarga besarnya, membuka lahan dan menanam sejumlah potensi alam yang telah disepakati. Jika mereka sudah panen dan hasil mencukupi, akan menyampaikan ke keluarga korban untuk dilakukan Ndambu bersama,” ujarnya.
Biasanya, lanjut dia, Ndambu dilakukan di lapangan terbuka. Dimana kedua belah pihak dihadirkan.Selanjutnya hasil alam yang dikumpulkan diperlihatkan.
Lalu persoalan sesungguhnya dibicarakan dan diselesaikan. Selanjutnya hasil yang dibawa pelaku, diserahkan semua kepada keluarga korban untuk dibawa pulang ke rumah sekaligus dibagi-bagi.
Salah seorang warga Kampung Woner, Distrik Kimaam, Kornelis Kaduka mengaku pelaksanaan Ndambu kapan saja dilakukan. Tidak bisa dipastikan setahun berapa kali berjalan. Intinya adalah ketika ada persoalan, Ndambu akan dilangsungkan.
“Memang ini adalah tradisi masyarakat di Pulau Kimaam yang terus dijaga dan dipertahankan dari waktu ke waktu,” ujarnya. (*)
Editor: Syam Terrajana