Papua No.1 News Portal | Jubi
Kimaam, Jubi – Warga menggelar ndambu di Kampung Woner, Distrik Kimaam, Merauke. Tradisi tersebut digelar untuk menyelesaikan perselisihan yang melibatkan warga dari empat rukun tetangga setempat.
Mereka membawa sejumlah hasil bumi untuk mencairkan perselisihan. Hasil bumi tersebut, di antaranya berupa sagu, petatas atau ubi jalar, pinang, dan kumbili atau kentang hitam.
“Ndambu sudah menjadi tradisi masyarakat di (Pulau) Kimaam. Mereka (pihak yang berselisih) saling menantang, tetapi bukan dengan perkelahian, melainkan saling memamerkan hasil bumi masing-masing,” kata Lambertus Kantei, fasilitator ndambu kepada Jubi, Selasa(18/8/2020).
Pihak yang berselisih kemudian dipertemukan untuk menyelesaikan persoalan. Perdamaian pun akhirnya disepakati dalam ndambu tersebut.
“Mereka bersepakat untuk berdamai. Dengan demikian, sudah tidak ada lagi persoalan (perselisihan) di antara mereka,” jelas Kantei, tanpa menyebutkan bentuk perselisihan warga tersebut.
Hasil bumi yang dipamerkan pada ndambu lantas diboyong ke kediaman Romanus Mbaraka, yang akan menggelar hajatan. Mbaraka merupakan mantan Bupati Merauke dan tokoh masyarakat Kimaam.
Emanuel Buyuka, warga Kimaam mengaku ndambu masih dilestarikan dan telah menjadi salah satu identitas budaya mereka. “Ketika terjadi perselisihan antarkelompok warga, pasti diselesaikan melalui ndambu.” (*)
Editor: Aries Munandar