Papua No. 1 News Portal | Jubi ,
Jakarta, Jubi – Otoritas Myanmar menyita satu kapal pembawa 93 orang yang diduga Muslim Rohingya. Kapal itu mengangkut warga Rohingya yang berupaya kabur dari kamp penampungan di Rakhine ke Malaysia.
"Mereka mengaku lari dari kamp. Mereka mengaku ingin kabur ke Malaysia," kata Direktur kantor pemerintah daerah Dawei, Moe Zaw Latt, dikutip Reuter.
Moe menyatakan pertama kali mengetahui keberadaan kapal mencurigakan itu dari laporan nelayan. Angkatan laut kemudian menghentikan kapal itu pada Minggu (25/11/2018) dan menahan 93 orang yang ada di dalamnya.
“Saat ditanya, puluhan orang itu mengaku berasal dari kamp penampungan Thae Chaung di ibu kota negara bagian Rakhine, Sittwe,” kata Moe menambahkan.
Kabar penangkapan ini kembali menyita perhatian publik setelah sejumlah gambar beredar di berbagai media sosial. Dalam sejumlah foto, terlihat kapal yang tipe armadanya sering digunakan untuk kabur itu disita oleh aparat.
Juru bicara badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa pun sudah sempat mendesak agar ada upaya pencegahan karena ketika musim muson sudah lewat, akan semakin banyak kapal imigran yang berlayar.
"Dengan kemungkinan peningkatan pergerakan kapal di akhir musim muson, sangat penting bagi otoritas untuk mengambil langkah penanganan akar masalah pergerakan ini," ucap juru bicara itu kepada Reuters.
Menurut jubir tersebut, otoritas setempat harus menciptakan kesetaraan sosial dan ekonomi di tempat tinggal atau penampungan Rohingya agar tak ada lagi eksodus yang mengkhawatirkan kawasan.
Eksodus Rohingya ini pertama kali terjadi pada 2012, ketika kapal-kapal mereka terdampar di perairan Malaysia dan Indonesia saat menuju Australia. Mereka kabur dari Myanmar karena penyiksaan militer di tempat tinggal mereka di negara bagian Rakhine.
Rohingya kembali menjadi sorotan pada Agustus tahun lalu, ketika bentrokan di Rakhine kembali memanas. Bentrokan bermula ketika satu kelompok bersenjata Rohingya menyerang sejumlah pos polisi dan satu markas militer di Rakhine.
Militer Myanmar lantas melakukan "operasi pembersihan" Rakhine dari kelompok bersenjata tersebut. Namun ternyata, militer juga membantai sipil Rohingya dan membakar rumah kaum minoritas tersebut. (*)