Papua No. 1 News Portal | Jubi
Pangkalpinang, Jubi – Kepala Museum Timah Indonesia (MTI) Muntok, Fakhrizal Abu Bakar, mengatakan saat ini MTI Muntok di Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung menjadi salah satu destinasi wisata unggulan setempat. Obyek wisata sejarah ini tidak hanya bagi wisatawan namun juga tamu-tamu dari pemerintah daerah.
Ia menyebutkan dalam satu bulan MTI Muntok dikunjungi sekitar 2.000 wisatawan Nusantara dan mancanegara. Pada hari-hari libur jumlah kunjungan biasanya jauh meningkat.
“MTI Muntok tidak hanya menampilkan tentang sejarah pertimahan, namun juga menampilkan sejarah Kota Muntok, kerajinan Muntok, kebudayaan Muntok, sejarah Perang Dunia II, dan pengasingan Bung Karno,” katanya di Pangkalpinang, Kamis (30/1/2020).
Menurut dia dalam meningkatkan kunjungan wisatawan, PT Timah bekerja sama dengan pemerintah daerah, sehingga dapat meningkatkan pembangunan pariwisata di daerah ini.
“Kita sinergikan kalau mereka punya tamu mereka bawa ke sini, program-program pariwisata juga kita dukung dengan museum yang kita miliki. Banyak tamu penting pemerintah daerah yang di bawa ke sini. Kalau ada kunjungan pasti juga diarahkan ke museum,” demikian Fakhrizal Abu Bakar.
Sementara itu, tokoh masyarakat yang juga Ketua Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Bangka Barat, Muhamad Toha, menyebutkan MTI Muntok yang dikelola PT Timah Tbk mendukung kemajuan destinasi wisata sejarah di pulau timah itu.
“Kehadiran MTI Muntok ini telah menjadi kebanggaan orang Bangka Barat, karena menjadi salah satu destinasi wisata sejarah timah dan perjuangan bangsa ini mengusir penjajahan,” katanya.
Ia mengatakan kehadiran museum ini sangat dirasakan sekali masyarakat, apalagi banyak wisatawan domestik dan mancanegara yang datang ke Muntok mengunjungi Museum Timah dan Pesanggarahan tempat pengasingan Presiden dan Wakil Presiden pertama Indonesia, Soekarno-Hatta serta tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan bangsa lain.
“Museum yang dikelola PT Timah ini sangat mendukung pariwisata, karena menjadi destinasi sejarah bagi wisatawan dan masyarakat,” katanya. (*)
Editor: Dewi Wulandari