Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Junta militer Myanmar memblokir sejumlah media sosial lainnya seperti Twitter dan Instagram akibat protes anti-kudeta yang semakin meluas di negara tersebut. Sebelumnya militer juga memblokir Facebook dan Whatsapp. Perusahaan telekomunikasi Norwegia, Telenor, mengatakan junta militer Myanmar telah memerintahkan penyedia internet untuk memblokir Twitter dan Instagram hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Melalui pernyataan, Telenor mengungkapkan “keprihatinan besar” tentang arahan tersebut dan mengatakan telah menentang kebijakan tersebut kepada pemerintah Myanmar.
Sedangkan Kementerian Komunikasi dan Teknologi Informasi Myanmar belum memberi komentar kepada Reuters terkait pemblokiran media sosial tersebut.
Namun, seorang juru bicara Twitter mengatakan perusahaan “sangat prihatin tentang perintah pemblokiran layanan internet di Myanmar.”
“Ini merusak percakapan publik dan hak-hak orang agar suara mereka didengar. Keterbukaan Internet semakin terancam di seluruh dunia. Kami akan terus menganjurkan untuk mengakhiri pemblokiran yang diperintah pemerintah ini,” kata Jubir Twiter itu dikutip Reuters pada Sabtu (6/2/2021).
Berita terkait : Kudeta Militer Myanmar, Aung San Suu Kyi ditetapkan sebagai tersangka
Kudeta militer Myanmar, puluhan menteri Suu Kyi dipecat
Kudeta militer di Myanmar, komite nobel serukan pembebasan Suu Kyi
Juru bicara Facebook mengonfirmasi pemblokiran Instagram di Myanmar dan mendesak pihak berwenang memulihkan konektivitas sehingga orang di Myanmar dapat berkomunikasi dengan keluarga, teman, serta mengakses informasi penting.
Sejak Facebook, platform media sosial utama Myanmar, diblokir, sebagian besar warga beralih ke Twitter dan Instagram untuk meluapkan protes mereka terhadap kudeta yang berlangsung.
Banyak warga Myanmar menggunakan media sosial untuk menggemakan penolakan kudeta dan menyerukan kampanye pembangkangan sipil kepada junta militer.
Keriuhan akibat bunyi klakson dan pukulan panci juga terus menggema di sejumlah kota besar di Myanmar seperti Yangon dan Ibu Kota Naypyidaw selama tiga hari terakhir, sebagai bentuk protes warga terhadap kudeta yang berlangsung pada Senin (1/2/2021) lalu.
Sejumlah penduduk mengemudikan kendaraan di kota sambil membunyikan klakson secara terus menerus sebagai bentuk protes mereka terhadap kudeta. Sementara itu, sebagian masyarakat lainnya berdiri di balkon apartemen dan rumah masing-masing dengan memukul perkakas dapur seperti panci.
Gerakan protes tersebut berlangsung setelah kampanye yang dikenal Gerakan Pembangkangan Sipil menyebar di Facebook, platform media sosial utama Myanmar, tak lama setelah kudeta berlangsung.
Mereka mengajak seluruh warga Myanmar untuk membunyikan klakson dan memukul barang apa pun, terutama perkakas dapur, sebagai bentuk aksi damai menolak pemerintahan junta militer. (*)
CNN Indonesia
Editor : Edi Faisol