Milisi ini mengklaim rebut pos militer Myanmar

pertempuran papua
Ilustrasi perang, pixabay.com
Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jakarta, Jubi – Milisi bersenjata suku Karen mengklaim berhasil merebut salah satu pos militer Myanmar dalam pertempuran di perbatasan dekat Thailand pada Selasa (26/4/2021) dini hari tadi.

“Kelompok kami berhasil merebut pos keamanan militer Myanmar sekitar pukul 05.00-06.00 pagi,” kata Kepala urusan Hubungan Luar Negeri dari Serikat Nasional Karen (KNU), Padoh Saw Taw Nee, kepada Reuters.

Read More

Baca juga : Ini ancaman kelompok etnis bersenjata jika militer Myanmar terus membunuh demonstran

Perempuan hingga pelajar angkat senjata lawan kudeta militer Myanmar

Militer Myanmar ancam pecat guru terlibat pembangkangan sipil

Taw Nee mengatakan pos militer itu berhasil diduduki dan dibakar. Sementara itu, KNU masih memastikan jumlah korban jiwa dalam bentrokan tersebut. Ia mengatakan bahwa pertempuran antara KNU dan aparat juga terjadi di lokasi lain, meski tidak memberikan rincian terkait hal tersebut.

Saksi mata yang terdiri dari beberapa penduduk desa di seberang Sungai Salween, Thailand, mengatakan bahwa baku tembak hebat memang terjadi sebelum matahari terbit.

Sejumlah rekaman video yang beredar di media sosial memperlihatkan asap dan api membumbung dari lereng bukit berhutan.

Seorang pejabat Thailand dari distrik Mae Hong Son dekat perbatasan Myanmar mengatakan tidak ada laporan korban jiwa dari wilayahnya akibat pertempuran tersebut. Sebagian besar perbatasan Myanmar dekat Thailand memang dikuasai oleh KNU.

Namun, suku Karen menyatakan setidaknya 24 ribu orang melarikan diri dari perkampungan di wilayah mereka akibat kekerasan beberapa pekan terakhir, termasuk serangan udara junta militer yang menewaskan ratusan warga sipil beberapa waktu lalu.

Ribuan warga juga dikabarkan lari ke hutan demi berlindung dari serangan aparat keamanan Myanmar.

Peningkatan pertempuran ini terjadi setelah militer mengudeta pemerintahan sipil pada Februari lalu. Sebagian besar kelompok bersenjata yang selama ini menguasai daerah perbatasan Myanmar menyatakan dukungannya terhadap gerakan rakyat sipil yang menentang junta militer.

Menurut catatan Lembaga Perhimpunan Bantuan Hukum untuk Tahanan Politik Myanmar (AAPP), jumlah korban tewas dalam bentrokan antara rakyat dan aparat keamanan saat ini mencapai 751 orang. Sedangkan junta militer Myanmar juga dilaporkan sudah menahan 4.437 orang setelah pergolakan pascakudeta. (*)

 

Related posts

Leave a Reply