Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi– Pemerintah Nederlands Nieuw Guinea atau pemerintahan Papua jaman penjajahan Belanda sejak 1950-an sudah memulai pendidikan polisi bagi anak anak negeri di tanah Papua.
Pendidikan itu berlangsung di Sekolah Polisi di Tanjung Ria, Base G sekarang Sekolah Polisi Negara (SPN) milik Polda Papua.
“Pagi-pagi benar para anggota muda polisi sudah bangun dan berbaris menuju lapangan upacara bendera,” sebagaimana ditulis dalam Majalah Triton edisi 4 September 1958 no.9 mengulas pendidikan menjadi polisi di Hollandia (sekarang Jayapura).
Di sekolah ini, semua pemuda yang berasal dari tanah Nieuw Guinea diseleksi untuk mengikuti pendidikan menjadi seorang polisi untuk mewujudkan tugasnya dikemudian hari.
“Tugasnya nanti untuk melindungi orang dan barang dari bahaya.”
Akan tetapi menurut laporan tersebut bahwa seorang polisi bukan saja jalan menenteng senapannya ke sana ke mari.
Ia harus menjaga keteduhan, kedamaian dan keamanan umum. Selain itu seorang anggota polisi juga harus mampu menolong jika terjadi kecelakaan atau malapetaka. Ia harus tahu mengatur lalu lintas.
Tentunya seorang anggota polisi harus tahu hal penting dalam mengurus kehidupan sehari-hari manusia dan masyarakat disekitarnya.
Untuk memenuhi semua itu dalam sekolah polisi di Hollandia diberikan pelajaran yang baik dari para instruktur kepada para murid. Hal terpenting adalah tabiatnya harus dilatih sungguh-sungguh jangan sampai ia bertindak atas kekuasaan sendiri atau sewenang-wenang.
Semua materi pelajari diberikan dalam teori dan praktek agar bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai perlindungan terhadap masyarakat.
Selain itu ada maket dalam peraturan lalu lintas karena akan dipraktikkan dalam perkotaan khususnya di Kota Hollandia, ibutkota Nederlands Nieuw Guinea (sekarang Papua dan Papua Barat).
Di dalam pendidikan polisi di Hollandia, para calon polisi juga harus mampu memberikan pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan. Hal ini penting agar mereka bisa mengambil keputusan yang tepat.
Menarik dalam jaman penjajahan Belanda di tanah Papua, seorang calon polisi juga harus belajar tentang pemerintahan di OSIBA (Opleiding School voor Inheemse Bestuurs Ambtenaren) atau Sekolah Pamong Praja untuk Orang Pribumi di Hollandia Binnen
Salah seorang pelajar di sekolah polisi Hollandia yang pensiun dengan pangkat Kolonel Polisi (sekarang Kombes) Amandus Mansnembra kepada arsip.jubi.id menuturkan mereka juga belajar pemerintahan di sekolah OSIBA dan melakukan praktek di kantor Distrik.
“Waktu itu saya sempat belajar dan praktek di bawah bimbingan beestur Andreas Karma kepala distrik di Serui,” kata mantan Kapolres Merauke dan Manokwari itu.
Selain itu, mereka juga belajar hukum adat dan antropologi sosial dari suku-suku di tanah Papua sehingga kalau bekerja di lapangan mampu menyelesaikan masalah di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Tercatat para pemuda Papua yang belajar di sekolah polisi antara lain, Natalis Fakhiri, Chris Ariks, Marten Senandi, Soleman Sombuk, Amandus Mansnembra, Dominggus Itaar, Hermanus Mambrisau, Gotlib Dimara, Frans Krey dan Rumbobiar serta Mokay.
Hampir sebagian besar dari mereka pensiun dengan pangkat perwira menengah. Seperti Kolonel Polisi Frans Krey mantan Kapolres Jayawijaya, Mantan Kapolres Jayapura Kolonel Polisi G Dimara dan Kolonel Polisi A Mansnembra.(*)
Editor: Edho Sinaga