Papua No. 1 News Portal | Jubi
Oleh Alexandre Dayant & Jonathan Pryke
Dengan dikonfirmasikannya kasus virus corona di Polinesia Prancis, kawasan Pasifik resmi bergabung dengan pandemi global Covid-19. Krisis Covid-19 ini dapat memiliki dampak merugikan bagi negara-negara kepulauan kecil.
Memahami dan mengendalikan risiko, serta memperkuat ketahanan negara-negara kecil dan rentan ini harus menjadi tujuan utama kebijakan publik pemerintah setempat dan upaya mitra-mitra pembangunannya.
Pariwisata dan ekspor
Untuk mencegah penyebaran Covid-19 di wilayah Pasifik, banyak negara Kepulauan Pasifik memanfaatkan keuntungan dari keterisolasian mereka dengan menerapkan pembatasan masuk yang ketat (seperti di Fiji, Kepulauan Solomon, dan di beberapa negara lainnya). Beberapa mengambil tindakan yang lebih ekstrem daripada yang lain. Federasi Mikronesia memberlakukan larangan masuk bagi siapa pun yang sempat berada di negara manapun dimana kasus virus corona telah dikonfirmasikan dalam dua minggu terakhir – sama dengan hampir setengah negara di seluruh dunia. Kepulauan Marshall telah membatalkan semua penerbangan ke negara itu dalam periode dua minggu. Vanuatu dan Kepulauan Cook telah menolak kapal-kapal pesiar – sumber pemasukan yang penting bagi negara-negara tersebut – sementara kapal-kapal pesiar juga mulai menunda jadwal perjalanan ke depannya.
Sementara pembatasan ini pada awalnya hanya terbatas pada pengunjung yang baru datang dari Tiongkok, sekarang tersebar luas, dan – digabungkan dengan jatuhnya jumlah perjalanan secara global – kelesuan ekonomi yang disebabkan akan jauh lebih besar.
Sektor pariwisata itu sangat penting bagi banyak negara Pasifik. Bagi sebagian, pariwisata adalah salah satu dari beberapa sektor dalam diversifikasi ekonomi negara. Bagi yang lain, pariwisata adalah sumber utama ekonomi negara. Untuk Palau, Vanuatu dan Fiji, sektor ini mewakili sekitar 40% dari PDB, dan sering kali menyediakan lapangan kerja bagi, dalam bentuk pekerjaan formal, bagi sebagian besar warganya. Ini adalah ekspor utama dari Palau (86%), Vanuatu (63%), Samoa (62%), dan Fiji (51%). Penurunan arus pengunjung dari Asia bisa mengakibatkan kerugian jutaan dolar.
Untuk ekonomi yang lebih diversifikasi, lesunya kegiatan perekonomian di Tiongkok diperkirakan akan sangat berdampak pada ekspor produk Pasifik tertentu. Dalam beberapa tahun terakhir, data-data dari Bank Dunia menunjukkan Tiongkok telah memantapkan dirinya sebagai salah satu mitra dagang utama untuk kawasan ini, mencakup 17% dari ekspor PNG, 7% dari ekspor Fiji, dan 67% ekspor dari Kepulauan Solomon, yang berarti ada ketergantungan ekonomi yang genting.
Sementara konsumsi produk sektor perikanan Tiongkok – ekspor penting dari Pasifik – harusnya tetap stabil, industri pembalakan kayu akan sangat dipengaruhi oleh anjloknya permintaan industri yang terkait dengan pabrik-pabrik Tiongkok. Dalam hal ini, Kepulauan Solomon akan terkena dampak paling buruk, karena 94% dari ekspornya ke Tiongkok terdiri dari produk kayu.
Pada saat yang sama, lesunya ekonomi Tiongkok juga dapat menyebabkan berkurangnya impor produk-produk asal Tiongkok yang digunakan oleh industri lokal. Produk-produk asal dari Tiongkok digunakan di sepanjang rantai suplai dan akan memerlukan waktu lebih lama untuk sampai di kawasan itu, menghambat laju produksi setempat. Buruh di banyak lokasi konstruksi Tiongkok di sekitar wilayah Pasifik juga tidak bisa kembali bekerja, memperlambat laju pembangunan yang dipimpin Tiongkok, yang telah menjadi kekhasan utama pembangunan infrastruktur di Pasifik.
Pembelanjaan bidang kesehatan
Beberapa pakar berpendapat bahwa virus corona tidak bisa beradaptasi dengan baik di cuaca panas tropis, yang mungkin saja menurunkan risiko wilayah Pasifik dalam penyebaran ini. Tetapi meskipun sebagian besar kawasan Pasifik memiliki kepadatan populasi yang rendah, masih ada beberapa daerah rawan risiko wabah, seperti kota-kota besar umpamanya Port Moresby, Honiara, atau Lae.
Kekhawatiran yang tinggi terutama dirasakan di Samoa, yang masih belum pulih dari serangan wabah campak yang mematikan tahun lalu, menewaskan 83 orang, kebanyakan bayi. Virus campak dikatakan sampai di negara Pasifik Selatan itu melalui seorang pengunjung Selandia Baru.
Rata-rata, 5,9% dari PDB negara-negara Kepulauan Pasifik dialokasikan untuk pengeluaran bidang kesehatan, tetapi penduduk Kepulauan Pasifik masih juga memiliki akses terbatas ke layanan kesehatan yang berkualitas, infrastruktur dan kapasitas yang ada saat ini tampaknya tidak cukup untuk menghadapi pandemi regional. Kemungkinan besar akan diperlukan peningkatan dalam pembelanjaan bidang kesehatan.
Namun, sebagian besar negara-negara Kepulauan Pasifik memiliki sumber daya finansial yang terbatas dan sistem layanan kesehatan yang lemah, yang membuat mereka kurang tangguh dan lebih rentan. Contohnya, meskipun Kepulauan Solomon berjarak jauh dari pusat epidemi, defisit anggarannya yang setara dengan -3,87% dari PDB, menyisakan sumber daya yang jarang untuk intervensi fiskal dan moneter, jika wabah virus corona menyerang.
Bagaimana Australia bisa membantu
Untuk menghindari krisis ekonomi dan bencana kesehatan di kawasan ini, Australia harus melakukan dua hal.
Pertama, Australia harus terus membantu persiapan negara-negara Pulau Pasifik untuk mengantisipasi kedatangan virus Covid-19. Bantuan teknis dan peralatan medis untuk fasilitas kesehatan lokal memainkan peran penting dalam rencana kesiapsiagaan, dan rangkaian upaya pencegahan ini harus dipertahankan sepanjang wabah ini.
Jika virus itu sampai di wilayah Pasifik, Australia harus segera mengerahkan tenaga kerja dan mengirimkan peralatan medis untuk mendukung upaya negara tetangganya selama wabah Covid-19. Seperti yang ditunjukkan oleh situasi di Tiongkok, tindakan yang tegas dan kuat sejak awal adalah tindakan pembendungan virus corona yang paling penting.
Kedua, Australia harus siap untuk memberikan bantuan ekonomi jangka panjang bagi kawasan Pasifik. Pemerintah Morrison hanya memiliki ruang yang kecil dalam anggarannya sendiri, dengan diberlakukannya paket dukungan dalam negeri yang baru. Sebagai gantinya, Australia mungkin dapat memberikan pinjaman dana talangan jangka pendek ke kawasan Pasifik untuk mendukung intervensi ekonomi yang direncanakan, sama dengan yang dilakukan di Australia.
Ini mungkin tidak seefektif bantuan kemanusiaan besar-besaran atau bantuan anggaran langsung, tetapi ini akan membantu. Di negara-negara kecil di mana risiko keberlanjutan utang paling tinggi, pemerintah harus melihat langkah-langkah tambahan apa yang dapat diberikan melalui program bantuan.
Tidak ada yang tahu berapa lama krisis ini terjadi, atau seberapa cepat ekonomi global akan pulih. Sejarah mengajarkan kepada kita bahwa, sering kali, ekonomi yang paling rentan adalah yang paling dirugikan. Sementara pemerintah Australia menyiapkan intervensi domestiknya, pemerintah juga perlu memikirkan Pasifik. (The Interpreter)
Editor: Kristianto Galuwo