Papua No. 1 News Portal | Jubi ,
Jayapura, Jubi – Usai menutup pintu bagi mantan pemain Persipura yang hendak pulang membela Persipura, kini manajemen memarahi Bank Papua yang sudah bertahun-tahun mensponsori tim berjuluk Mutiara Hitam.
Bahkan manajemen Persipura meminta agar Bank Papua memberikan dana di atas Rp 15 miliar karena banyak sekali Aparat Sipil Negara (ASN) Kota Jayapura memiliki tabungan di Bank milik pemerintah daerah provinsi Papua dan Papua Barat itu.
Faktanya tim berjuluk Mutiara sendiri harus mengakhiri kompetisi musim 2018 dengan posisi 12 dari urutan Liga1 Indonesia musim 2018.
Kompetisi sepakbola Indonesia, Liga 1 musim 2018, Persipura gagal meraih juara dan terlempar dari posisi lima besar. Persija juara Liga1 musim 2018, musim 2017 Persija berada di posisi nomor tiga sedangkan Bhayangkara FC juara.
Persipura sendiri musim 2017 berada pada peringkat lima besar, padahal sebelumnya Persipura juara TSC 2016 di bawah asuhan pelatih Wenderley Yunior yang menyelamatkan Perseru dari jurang degradasi musim 2018. Bahkan mengalahkan Boaz dan kawan-kawan di Stadion Mandala dengan skor 2-0 hingga tim asal kota kembang Serui tetap berada di liga1 Indonesia musim 2019.
Lalu faktor apa yang menyebabkan Mutiara Hitam tergeser dari lima besar ke posisi 12 besar liga1 musim 2018? Banyak pihak bertanya ada apa dengan Persipura, padahal sejak Liga 1 2017, tim Mutiara Hitam digadang-gadang jadi juara Liga1 musim 2017.
Apalagi tim Mutiara Hitam dikenal sebagai tim dengan mental juara di pentas kasta elite. Empat gelar juara yang mereka raih (musim 2005, 2007-2008, 2010-2011, dan 2013) menguatkan hal itu. Bahkan Boaz Solossa dan kawan-kawan sukses jadi kampiun turnamen berbentuk kompetisi berlabel Torabika Soccer Championship 2016 atau kompetisi tak resmi sehingga jersey Persipura tetap bintang empat.
Sebenarnya tanda-tanda meredupnya prestasi Mutiara Hitam sudah kelihatan ketika Nelson Alom dan kawan-kawan hengkang membela tim Persebaya Surabaya bersama mantan pelatih Persipura Angel Alfredo Vera.
Bayangkan, Persipura kehilangan generasi yang menjembatani pemain antara generasi Boaz T Solossa dan generasi Osvaldo Hay, M Tahir para pemain jebolan PON 2016, Jawa Barat. Para pilar jebolan PON 2012, Nelson Alom dan Ronny Beroperay meninggalkan Mutiara Hitam.
Padahal peran Nelson Alom, Ferinando Pahabol, dan Friska Womsiwor serta Imanuel Wanggai adalah generasi yang akan mengambil alih peran Boaz T Solossa dan kawan-kawan untuk membimbing Tod Rivaldo Fere, Rolando Wanma, Patrick Womsiwor, dan para pemain jebolan Persipura U-21.
Hilangnya pemain jembatan generasi ini membuat Persipura terseok-seok di liga1 musim 2018 hingga prestasi merosot dan terlempar dari lima besar elite sepak bola Indonesia. Hengkangnya pemain ke luar dan pindah klub mestinya menjadi introspeksi bagi pihak manajemen. Ada apa dengan pengelolaan Persipura sehingga pemain tidak betah dan memilih pindah klub?
Melihat kondisi ini pilihan, pihak manajemen Persipura justru melakukan pergantian pelatih guna mendongkrak prestasi. Bayangkan, selama ini Boaz dan kawan-kawan selalu mendapat arahan dari banyak pelatih, saat TSC 2016 manajemen menunjuk Jafri Sastra, di tengah jalan Alfredo Vera masuk membawa tim juara TSC.
Belum lama di Persipura, Vera didepak dan pelatih sejak itu tim Mutiara Hitam selalu gonta-ganti pelatih, Wanderley Machado da Silva Junior, Liestiadi, Peter Butler, pelatih asal Inggris, Osvaldo Lessa, dan Lydio Souza. Terakhir hanya tinggal Osvaldo Lessa mantan pelatih fisik Persipura era Jackson F Tiago sejak musim 2009 sampai 2015.
Mengapa prestasi turun
Prestasi Persipura selama dua musim 2017 dan 2018 terus menurun dan faktor apa saja yang mempengaruhi? Banyak kalangan menilai termasuk Persipuramania, kalau pelatih bisa diganti mengapa manajemen tidak bisa berubah ke pihak lain yang lebih profesional. Pasalnya mengelola klub sepak bola yang sudah berbadan hukum jelas membutuhkan banyak inovasi dan kreasi menarik sponsor.
Misalnya saja, ada salah seorang warga menyeletuk, mestinya ada tawaran dari pihak manajemen Persipua berupa proporsal penawaran kerja sama kepada Bank Papua, kalau mau nasabah terus meningkat sponsorlah Persipura karena para Persipuramania dan warga di Kota Jayapura akan giat menabung di Bank Papua.
Anak-anak sekolah di tanah Papua suka menabung di Bank Papua karena tim Mutiara Hitam sudah juara liga Indonesia empat kali. Untuk juara ke lima atau enam kali butuh bantuan semua pihak untuk menabung di Bank Papua.
“Persipura juara karena Anda menabung di Bank Papua,” kata Neltje, warga Dok V aAas Kota Jayapura.
Warga lain bilang, kekalahan Persipura karena gagalnya manajemen menahan atau memberikan kontrak yang lama agar pemain sulit keluar. Soalnya kepergian pemain Persipura justru manajemen Persipura tidak mendapat fee dari kontrak pemain dengan klub. Sebagai contoh, Terens Puhiri dikontrak oleh Pusamania Borneo saat dipinjamkan ke Port FC Thailand menejeman Borneo FC mendapat keuntungan dan orangtua Terens Puhiri menerima rejeki sebesar Rp 200 juta.
Selain soal kontrak dan teknis, beberapa warga menilai mestinya Persipura kembali ke kostum lama merah strip hitam. Katanya kalau lawan melihat jersey merah strip hitam mental mereka akan jatuh dan Mutiara Hitam selalu menang.
Membangun tim
Persipura mengawali musim 2018 dengan hilangnya beberapa pilar penting, sehingga pelatih baru atau pun lama jelas harus memulai dari awal membangun tim. Tanda-tanda itu sudah dilakukan mantan pelatih Persipura Peter Butler.
Pelatih asal Inggris itu berharap agar masyarakat kota Jayapura mengingat dan menyadari kerja kerasnya, sebab saat menukangi Boaz dan kawan-kawan telah mempromosikan Rivaldo Tod Ferre, Gunansar Mandowen, dan Rumaikewi jebolan Persipura U-21 setelah kehilangan 14 pemain Liga1 musim 2017.
“Saya berharap Persipura mendapatkan prestasi yang terbaik di masa depan, demi mempersembahkan prestasi bagi klub hebat dan masyarakat Papua yang ramah," katanya kepada wartawan di Jakarta ketika itu.
Pihak manajemen berjanji sudah mulai mengejar sponsor, hal itu telah dikatakan Bento Madubun, juru bicara Persipura, belum lama, ini kepada wartawan di Jayapura. Bahkan dua sponsor utama PT Freeport dan Bank Papua sudah siap menjadi mitra kerja PT Persipura Papua dalam mengarungi liga1 musim 2019.
”Kami sudah menyurati pihak sponsor dan berharap bisa lebih cepat agar proses selanjutnya bisa berjalan lancar,” katanya, seraya menambahkan sudah melakukan komunikasi dengan sponsor-sponsor lainnya.
Merosotnya prestasi Persipura karena kepastian sponsor yang terlambat mengucurkan dana bagi penunjang klub PT Persipura Papua. (*)