Papua No.1 News Portal | Jubi
Sentani, Jubi – Kepala Distrik Ravenirara, Kabupaten Jayapura, Marthinus Ovide mengatakan masyarakatnya yang berada di kampung-kampung wilayah pesisir, sangat membutuhkan tambatan perahu.
Kampung-kampung di Distrik Ravenirara di antaranya Yongsu Spari, Yongsu Desoyo, Ormu, Ormu Wari, dan Necheibe selama ini tidak memiliki fasilitas tersebut sebagai tempat bersandarnya perahu-perahu nelayan maupun speedboat.
Kata Ovide, kampung-kampung di distriknya ini berhadapan langsung dengan lautan Pasifik, dengan tinggi gelombang mencapai 4-5 meter dan mengarah ke rumah-rumah warga yang berdekatan dengan bibir pantai.
“Tambatan perahu di Kampung Yongsu Desoyo pernah dibangun, tetapi tidak kuat bertahan karena hanya memanfaatkan kayu ukuran 20×20 sebagai gelagar tambatan perahu. Harusnya tiang pancang yang ditanam dekat bibir pantai agar kuat,” ujar Ofide saat ditemui di Sentani, Rabu (16/3/2022).
Dikatakan, dalam beberapa musrembang tingkat kampung, fasilitas ini (tambatan perahu) selalu diusulkan oleh masyarakat di setiap kampung, tetapi tidak pernah direalisasikan.
Menurutnya, pemerintah sedang berupaya membangun jalan darat sebagai alternatif penyambung roda komunikasi, dan pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat yang menjual hasil kebun ke pasar. Hal ini disambut baik masyarakat, tetapi tambatan perahu juga sangat penting bagi masyarakat.
“Ada tambatan perahu, berarti jalur laut bisa digunakan fungsinya seperti jalur darat. Kehidupan masyarakat lebih banyak di laut, maka hasil-hasil laut yang diandalkan untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi mereka,” katanya.
Sementara itu, Daniel Toto, tokoh masyarakat adat di Wilayah Pembangunan IV mengatakan, masyarakat pesisir Dafonsoro Utara yang tinggal di bawah kaki Pegunungan Cycloop, cukup lama terisolir dengan fasilitas penunjang seperti jaringan komunikasi, tambatan perahu, dermaga, dan fasilitas transportasi laut secara umum.
Menurutnya, banyak usulan masyarakat yang disampaikan melalui musrembang kampung dan distrik, bahkan ada proposal yang disampaikan kepada Pemerintah Kabupaten Jayapura. Akan tetapi, seolah-olah Distrik Ravenirara ini berada di wilayah administrasi pemerintahan lain.
“Kabupaten pemekaran di wilayah pegunungan maupun pegunungan tengah, infrastruktur jalan bisa tembus dengan kualitas aspal yang bagus. Kita bisa bayangkan bagaimana membawa infrastruktur dasar seperti aspal cair dan lain-lain hingga ke pegunungan. Sementara kita di Ravenirara ini, hanya membutuhkan waktu tidak sampai lima hingga enam jam, sudah bisa sampai di kampung-kampung dengan jalur laut,” katanya. (*)
Editor: Kristianto Galuwo