Mangkraknya pembangunan puskesmas prototype Jagebob, dimanakah kontraktor pelaksana?

Bangunan puskesmas prototype Jagebob yang mangkrak – Jubi/Frans L Kobun
Bangunan puskesmas prototype Jagebob yang mangkrak – Jubi/Frans L Kobun

Papua No. 1 News Portal | Jubi

SETELAH mencuat mangkraknya pembangunan puskesmas prototype Jagebob yang dibangun di Kampung Angger Permai dengan sumber dana APBN, sejak tahun 2017, nama Norma Parapaga menjadi ‘buah bibir’ berbagai kalangan.

Read More

Betapa tidak, pekerjaan bangunan yang telah menyedot anggaran senilai Rp 6 miliar, dari total anggaran Rp 8 miliar, kini nasibnya terlantar. Karena pekerjaan tak kunjung diselesaikan.

Norma Parapaga  yang nota bene sebagai kontraktor pelaksana pekerjaan itu, terus ‘dicari-cari’ juga sejumlah jurnalis untuk memberikan klarifikasi seputar mangkraknya pekerjaan dimaksud.

Beberapa kali para jurnalis menghubungi melalui telpon seluler maupun melalui pesan singkat, namun yang bersangkutan tak merespon dan terkesan terus menghindar.

Bahkan beredar rumor Norma Parapaga sedang sibuk di salah satu partai politik menerima berkas bakal calon bupati Merauke yang mendaftarkan diri.

Menanggapi itu, Ketua Asosiasi Kontraktor Nasional (Askonas) Kabupaten Merauke, Harry Ndiken, kepada Jubi Kamis 26 September 2019 mengatakan, mestinya Norma Parapaga tak harus menghindari wartawan seperti begitu.

“Jika merasa tidak bersalah, silahkan tampil di umum dengan mengundang rekan-rekan jurnalis untuk memberikan klarifikasi. Sehingga dapat diketahui pasti dan jelas penyebab mangkraknya pekerjaan tersebut,” ujarnya.

Kalau Norma terus menghindar dari para jurnalis, berarti ada sesuatu yang salah. “Ya, kalau dia merasa benar, tentunya begitu pemberitaan mencuat, sudah memberikan klarifikasi ke jurnalis, sehingga ada keseimbangan dalam pemberitaan,” katanya.

“Saya minta Norma Parapaga tak mengembunyikan diri. Tetapi harus berani muncul memberikan klarifikasi. Karena selama beberapa kali pemberitaan, bersangkutan tak kunjung bersuara,” sarannya.

Ketua Askonas Kabupaten Merauke, Hary Ndiken – Jubi/Frans L Kobun

Dalam kesempatan itu, Harry juga mengungkapkan, dirinya telah melihat secara langsung kondisi bangunan puskesmas dimaksud yang sungguh-sungguh memprihatinkan. Karena bahan material terbuang begitu saja mulai dari batu, balok, aluminimum dan lain-lain.

Belum lagi, jelas dia, tembok bangunan mulai retak-retak. Bahkan lantai yang dipasang keramik pun, mengalami kerusakan parah. Padahal, anggaran miliaran rupiah telah habis digunakan.

“Saya sendiri bingung melihat kondisi bangunan yang ada, sementara anggaran telah dihabiskan senilai Rp 6 miliar. Mestinya dengan dana sebesar itu, pembangunan sudah mulai dirampungkan dan tinggal menunggu proses finishing,” katanya.

Dikatakan, program pembangunan puskesmas tersebut adalah untuk kepentingan rakyat kecil. Mereka sangat membutuhkan suatu pelayanan secara baik jika fasilitas kesehatan memadai. Namun sayangnya, harapan itu pupus begitu saja.

“Bagi saya, kontraktor pelaksana Norma Parapaga telah menilep uang dan rakyat dikorbankan. Hal ini tak boleh dibiarkan begitu saja. Aparat berwenang baik  kejaksaan maupun tipikor Polres Merauke harus segera mengambil langkah penyelidikan dan penyidikan,” pintanya.

Ditegaskan, kalau tak sampai diusut, patut dipertanyakan siapa dibelakangnya. Ingat, kasusnya sudah di depan mata. Tinggal saja kedua institusi bergerak melakukan penyelidikan dan penyidikan.

“Jangan berdalih menunggu laporan baru menindaklanjuti. Itu sama saja dengan menutup mata dan sengaja tak mengetahui mangkraknya pembangunan puskesmas,” tegasnya lagi.

Dalam kesempatan itu, Harry menduga ada orang besar di belakang proyek dimaksud. Karena dari pengakuan pemilik perusahan, pekerjaan dimaksud dikuasakan kepada orang lain. Lalu ada beberapa surat  dari perusahan sudah mati.

“Herannya, ketika orang lain mengikuti proses lelang, justru keluar sebagai pemenang tender,” kritiknya.

Ditanya siapa orang besar yang dimaksudkan, Harry mengaku, semua  sudah tahu. Hanya saja, tak perlu untuk disampaikan disini. Itu menjadi tugas jaksa maupun tipikor mengungkap lebih lanjut.

“Ketika aparat penegak hukum melakukan pengusutan, pasti ketahuan. Karena pekerjaan itu diberikan seseorang kepada si A. Lalu bukannya bersangkutan mengerjakan, tetapi diserahkan lagi kepada si B,” ujarnya.

Kepala Kampung Angger Permegi, Partono beberapa waktu lalu mengatakan, pihaknya tidak tahu sama sekali, terhentinya pekerjaan tersebut. Tetapi jelasnya, masyarakat sangat mengharapkan  bangunan puskesmas dilanjutkan.

“Awalnya kami sudah senang ketika pembangunan mulai berjalan, apalagi berlantai dua. Dengan demikian, berbagai fasilitas kesehatan di dalam akan memenuhi standard. Sehingga masyarakat yang sakit, bisa langsung mendapatkan pertolongan, tanpa harus dirujuk ke kota lagi,” katanya. (*)

Editor: Yuliana Lantipo

Related posts

Leave a Reply