Papua No. 1 News Portal | Jubi
PEKAN lalu, Jubi bersama beberapa rekan jurnalis melakukan perjalanan menuju ke Kampung Angger Permegi, Distrik Jagebob, Kabupaten Merauke. Perjalanan ditempuh kurang lebih dua setengah jam, tanpa hambatan, karena kondisi jalannya beraspal.
Kehadiran sejumlah awak media di sana, tidak lain untuk melihat secara langsung kondisi Puskesmas Prototype Jagebob berlantai dua yang dibangun sejak 2017 silam dengan anggaran senilai Rp8 miliar.
Saat tiba di lokasi itu, ternyata kondisi bangunan yang ditangani pelaksana pekerjaan, Norma Parapaga, sangat memprihatinkan. Betapa tidak, bangunan tak kunjung dirampungkan, padahal sudah menghabiskan anggaran sebesar Rp6 miliar.
Tampak dari halaman depan, kotoran binatang sapi berserakan. Begitu juga sejumlah material mulai dari batu bata, kayu, maupun aluminium, berserakan tak beraturan di lantai satu dan dua.
Sementara dinding bangunan yang sudah diplester, mulai retak-retak, karena diduga menggunakan pasir lokal. Begitu juga beberapa kamar yang telah dipasang keramik, kondisinya mulai rusak.
Dari bagian depan, bangunan yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) tahun 2017 itu, belum juga dirampungkan. Lebih parah lagi di bagian belakang. Dimana masih terdapat sejumlah kayu penyangga di lantai dua yang tak kunjung dilepas karena pekerjaan belum dirampungkan.
Ketua Komisi C Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Merauke yang membidangi infrastruktur, Hendrikus Hengky Ndiken, mengatakan pihaknya ingin agar para jurnalis meninjau langsung ke lokasi pembangunan puskesmas, agar dapat melihat kondisi sesungguhnya yang terjadi.
“Saya sendiri sudah ke sana dan memang bangunannya sangat memprihatinkan. Dinding bangunan yang diselesaikan mulai retak, lantaran bahan material tak sesuai spec,” katanya.
Dikatakan, anggaran yang telah digunakan untuk pembangunan puskesmas dimaksud senilai Rp6 miliar dari total seluruhnya Rp8 miliar. Mestinya, dengan melihat besaran anggaran yang sudah digunakan itu, sebagian bangunannya seharusnya telah dirampungkan.
“Justru sangat tidak sesuai harapan. Saya melihat kontraktor asal kerja. Sehingga hasilnya seperti demikian,” tegasnya.
Ditegaskan, dengan sisa anggaran Rp2 miliar, tak mungkin bisa untuk penyelesaikan sisa pekerjaan, mengingat banyak item belum dirampungkan.
“Betul bahwa kondisi bangunan Puskesmas Prototype Jagebob mangkrak atau terbengkelai begitu saja. Kasihan kan, anggaran miliaran rupiah telah digunakan, namun hasilnya sama sekali tak sesuai harapan bersama,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Hengky meminta kepada aparat penegak hukum dalam hal ini Kejaksaan Negeri (Kejari) Merauke serta tipikor Polres setempat melakukan penyelidikan lebih lanjut dengan memanggil sejumlah pihak terkait. Karena ini telah ada dugaan penyalahgunaan anggaran.
“Saya akan kawal terus dan mendesak kedua institusi untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan dalam waktu dekat, agar dapat diketahui siapa yang terlibat di dalam proyek miliaran rupiah itu,” pintanya.
Tak tahu alasan dihentikan
Sementara Kepala Kampung Angger Permegi, Partono, mengaku pihaknya tidak tahu alasan pekerjaan dihentikan, karena hal itu bukan menjadi kewenangannya untuk menjawab.
Hanya saja, menurut dia, masyarakat terus menanyakan kapan pekerjaan dimaksud akan dilanjutkan.
“Memang kita sangat membutuhkan puskesmas itu. Apalagi berlantai dua dan tentunya fasilitas di dalam juga dilengkapi semua termasuk dengan tenaga medisnya,” kata dia.
Sebagai kepala kampung, iapun tak bisa menjelaskan kepada masyarakat saat mereka menanyakan. Beberapa waktu lalu, dirinya meminta masyarakat melakukan pembersihan secara bersama-sama, setelah adanya informasi bahwa kegiatan pembangunan akan dilanjutkan.
“Kami sudah gotong royong membersihkan halaman di sekitar bangunan. Tetapi sampai sekarang, tak ada kelanjutan pembangunan dimaksud,” ungkapnya.
Dia juga mengaku, sempat melakukan komunikasi bersama kepala puskesmas setempat sehubungan dengan banyak material yang terbuang begitu saja di dalam bangunan.
“Ya, tentunya kami tak bertanggung jawab ketika ada bahan bangunan hilang. Sejauh ini tak ada orang yang mengawasi secara langsung,” katanya. (*)
Editor: Yuliana Lantipo