Papua No.1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Federasi sepak bola Indonesia (PSSI) telah memutuskan format baru Liga 1 2021 lewat kongres tahunan yang digelar berapa waktu lalu. Klub Persipura Jayapura lantas mengeluhkan format baru tersebut.
Keputusan PSSI itu yakni kompetisi Liga 1 2021 akan digelar enam series secara bubble to bubble yang dipusatkan di Pulau Jawa.
Selain itu, dalam kongres tersebut juga membahas wacana Liga 1 akan digelar dengan membatasi kehadiran penonton yakni sebesar 10 persen dari kapasitas stadion.
PSSI mengambil keputusan itu karena situasi Indonesia yang belum sepenuhnya kondusif dari situasi pandemi Covid-19.
Manajer tim berjulukan Mutiara Hitam, Ridwan Madubun alias Bento mengeluhkan hal itu karena menurutnya, keputusan tersebut akan merugikan Persipura sendiri dan klub-klub yang berasal dari luar Pulau Jawa juga para supporter.
“Ada kemungkinan yang sedang jadi pertimbangan untuk digelar dengan penonton sebesar 10 persen. Buat kami, ini akan jadi kerugian khususnya tim-tim luar Jawa. Saya di sini tidak hanya berbicara Persipura saja,” kata Bento, baru-baru ini.
“Penontonnya PSM itu ada di Makassar, penontonnya Borneo FC itu ada di Kalimantan, penonton Persipura ada di Papua. Ketika diizinkan dengan penonton sekalipun 10 persen akan tetapi kompetisinya di Jawa, penonton kami tidak mungkin bisa menonton. Ini yang jadi kerugian,” keluhnya.
Bento berharap, PSSI dan pihak operator kompetisi, PT Liga Indonesia Baru (LIB) mendengar keluhan Persipura untuk mempertimbangkan kembali rencana menggelar Liga 1 2021 yang akan dipusatkan di Pulau Jawa.
Sebab kata dia, kompetisi harus digelar dengan memegang teguh asas keadilan dan tidak ada yang merasa dirugikan.
“Mungkin ini yang perlu dipertimbangkan lagi dari PSSI dan PT LIB. Kalau boleh bersaran atau masukan, dari kami kalau perlu Liga 1 2021 tidak ada penonton. Silakan dirancang dengan baik, namun harus memenuhi unsur keadilan, pemerataan, yang utama adalah profesionalitas. Kalau itu tidak terpenuhi buat kami ya jangan sampai ada klub yang dirugikan. Ini kan kompetisi semua harus merata dan semua harus merasakan hal yang sama,” pintanya.
Sementara itu, pelatih Persipura, Jacksen Tiago justru menyebutkan, format baru itu ada sisi positifnya. Menurut Jacksen, di masa pandemi Covid-19, format tanpa penonton dan sentralisasi bisa dibilang langkah yang bijak, karena sebelumnya juga sudah diterapkan di kompetisi sepak bola Eropa.
“Kalau saya sebenarnya dalam masa pandemi ini, ya, itu adalah salah satu konsep yang boleh dikatakan cukup efektif. Kita bisa melihat dari beberapa kegiatan, misalnya Champions League, Europan League mereka juga melakukan itu hal yang sama. Sehingga kalau kita melihat dari aspek kesehatan terutama itu adalah sebuah hal yang positif,” kata Jacksen.
“Kalau saya cuma melihat satu hal yang memberi apresiasi kepada keputusan itu, saya tidak bicara venue, atau apa, itu tidak. Tapi salah satu hal yang saya baca di situ dan yang saya salut adalah bahwa sepanjang kompetisi itu tidak ada tuan rumah. Tidak ada tim yang akan bermain di markasnya. Saya rasa paling tidak itu menjadi salah satu dasar fair play. Meskipun di wilayah Jawa, di wilayah-wilayah lain kita tidak sampai ke wilayah timur atau Kalimantan,” tambahnya.
Jacksen sendiri mengaku belum merasa nyaman jika kompetisi Liga 1 bakal digelar dengan kehadiran penonton. Ia bahkan menyarankan di momen ini menjadi kesempatan pihak Liga dan klub untuk menjalin kerjasama dengan stasiun televisi dan Youtube.
“Tapi paling tidak dengan keputusan itu saya rasa itu adalah salah satu langkah yang cukup bijak. Tinggal sekarang, saya secara pribadi, saya belum merasa nyaman kalau ada penonton yang hadir. Saya rasa mungkin saat ini alangkah baiknya kalau ada kerjasama dengan stasiun TV atau YouTube. Dari situ kita bisa menjangkau semua suporter kita supaya keamanan kita yang bekerja dalam keseharian maupun suporter kami juga,” tuturnya. (*)
Editor: Edho Sinaga