Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi- Dalam pertemuan tertutup yang dilakukan pada 16 Agustus 2019 lalu di gedung negara, Jayapura, sejumlah bupati mengeluarkan data jumlah mahasiswa eksodus yang pulang ke Papua. Data itu dinilai belum valid dan tidak terhitung dengan baik. Karena jumlah mahasiswa yang sudah datang maupun yang mulai datang ke Papua semakin hari mulai bertambah.
Hal tersebut dijelaskan oleh salah satu mahasiswa eksodus Papua, Otis Tabuni kepada sejumlah wartawan di Jayapura Kamis (19/9/2019).
“ Data yang diberikan oleh sejumlah bupati kepada Gubernur itu belum pasti dan data yang di berikan itu dibuat-buat karena diminta oleh Gubernur Papua,” ujarnya.
Menurut dia banyak pelajar dan mahasiswa sudah pulang tetapi karena ada yang pulang ke rumah keluarga dan tidak ke posko-posko yang dibuka oleh mahasiswa yang berada di Papua. Sekarang mulai dilakukan pendataan setelah itu akan disampaikan kepada pihak Pemda.
“ Kami tolak berikan data kepada pemerintah karena kawan-kawan kami saat ini dalam perjalanan menuju tanah Papua,”
Dirinya heran karena gubernur mengadakan pertemuan dan paksakan mahasiswa untuk mengikuti rapat. Dan sikap mahasiswa menurutnya jelas, saat menolak kehadiran gubernur di Surabaya. Dia meminta pemerintah untuk bersabar bertemu dengan mahasiswa, karena belum ada data yang jelas dan belum ada koordinator di masing-masing kabupaten di Papua.
“ Sikap kami tidak pernah berubah karena situasi maupun kondisi, tetapi kami hidup bebas di negeri kami sendiri,” ujarnya.
Sebelumnya ketua Ikatan Pelajar Mahasiswa Papua (IPMAPA) Ima Pele, kepada Jubi melalui pesan WhatsApp mengatakan mahasiswa papua se Jawa Timur belum ada kesepakatan untuk menyikapi terkait undangan dari gubernur Papua. “Kami pengurus saat ini masih fokus sama pendataan dan urus kepulangan mahasiswa , pelajar, sementara mereka ada di tempat penampungan di beberapa asrama milik Pemda yang di Jayapura.
Berdasarkan laporan bupati-bupati setempat kepada Gubernur Papua pada Senin (16/9/2019), tercatat sudah 2047 mahasiswa Papua dari berbagai kota studi yang memilih pulang ke tanah Papua. Terbanyak berasal dari Kabupaten Yahukimo sebanyak 600 orang, Kabupaten Nduga 500 orang dan Kabupaten Dogiyai 300 orang. (*)
Editor: Syam Terrajana