Macron usulkan Ceo Atos sebagai wakil Prancis di komisioner EU

Ilustrasi, pixabay.com
Ilustrasi, pixabay.com

Breton, yang pernah menjadi menteri keuangan Prancis di bawah mendiang Presiden Jacques Chirac, telah menjadi kepala eksekutif Atos sejak 2009.

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Read More

Paris, Jubi – Prancis telah mengusulkan kepala eksekutif Atos Technology, Thierry Breton, sebagai kandidat untuk mengepalai kebijakan industri Komisi Eropa yang mendatang. Kantor Presiden Emmanuel Macron mengatakan, dua minggu setelah pilihan pertamanya ditolak oleh anggota parlemen Uni Eropa. Breton, yang pernah menjadi menteri keuangan Prancis di bawah mendiang Presiden Jacques Chirac, telah menjadi kepala eksekutif Atos sejak 2009.

“Dia orang yang suka bertindak, yang tahu masalah-masalah industri luar, dan yang, meskipun mengenal lembaga-lembaga Brussels, tidak akan menerapkan pendekatan birokrasi menyangkut masalah-masalah Eropa. Sikap seperti itu penting bagi presiden,” kata seorang pejabat Elysee, kantor kepresidenan Prancis.

Baca juga : Vanuatu siap negosiasi perjanjian batas laut Fiji-Prancis

Prancis dan Inggris segera bahas Brexit

Prancis diminta setujui referendum Kaledonia Baru kedua

Pada awal Oktober, anggota parlemen Eropa menolak Sylvie Goulard, pilihan awal Macron untuk Komisaris Eropa.  Para pejabat Prancis menyalahkan kalangan anggota konservatif Jerman di parlemen Uni Eropa atas penolakan tersebut.

Presiden Emmanuel Macron, yang ingin melestarikan portofolio sangat penting yang telah ia rundingkan dengan Presiden Komisi Eropa yang akan datang, Ursula Von der Leyen, berupaya untuk melupakan apa yang disebutnya dengan “krisis politik” dan telah meminta jaminan dari Von der Leyen bahwa kandidat baru akan disetujui.

“Portofolio akan tetap tidak berubah,” kata seorang pembantu presiden.

Setiap negara anggota Uni Eropa mencalonkan kandidat untuk jabatan Komisi. Para kandidat kemudian harus lulus sidang konfirmasi di Parlemen Eropa. Terlepas dari latar belakang konservatifnya, Breton mendukung Macron selama kampanye 2017, bahkan sebelum putaran pertama pemilihan presiden berlangsung.

Tidak seperti banyak pejabat tinggi Prancis, ia bukan lulusan sekolah pemerintah ENA, tetapi memiliki gelar master teknik dari sekolah top Prancis Supelec. (*)

Editor : Edi Faisol

Related posts

Leave a Reply