Papua No. 1 News Portal | Jubi,
Oleh : Dominggus A Mampioper
ADALAH profesor doktor dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti yang kini menjabat Dubes RI untuk Tunisia menyandingkan Lukas Enembe dan Paias Wingty, mantan perdana menteri Papua New Guinea dari Mt Hagen Province di PNG dalam debat kandidat Gubernur Papua 2005 di sasana Krida Kantor Gubernur Papua.
Pertama, Ikrar Nusa Bhakti, Ph.D. di bidang Sejarah Politik dari School of Modern Asian Studies, Griffith University Brisbane, Australia menegaskan keduanya sama-sama berasal dari pegunungan tengah pulau New Guinea.
Wingty dari Mount Hagen Barat, PNG dan Lukas Enembe dari Puncak Jaya, Provinsi Papua di Barat Pulau New Guinea. Paias Wingty pertama kali menjadi PM Papua New Guinea sebagai salah satu pembaru pembangunan di PNG. Paias Wingty selalu mengingatkan rakyat di PNG, "Kerjakanlah tanah, kalau kalian mau memberikan sumbangsih sebesar 50 persen kerja keras dan pemerintah akan mengerjakan 50 persen lainnya di bidang infrastruktur."
Tepatnya 18 Juli 1991 Paias Wingti terpilih di Parlemen PNG mengantikan Rabi Namaliu menjadi Perdana Menteri pertama dari orang-orang pegunungan tengah, baik di Papua New Guniea mau pun Provinsi Papua. Begitu pula Lukas Enembe kini menjabat gubernur Papua dan akan kembali mencalonkan untuk periode 2018-2022.
Paias kelahiran 2 Februari 1951 di Kampung Moika, dekat Gunung Hagen yang kaya akan tambang emas, pernah menjabat sebagai Perdana Menteri ketiga Papua Nugini, periode 1985-1988 dan sekali lagi 1992-1994. Ia berasal dari Suku If, Provinsi Dataran Tinggi Barat, PNG.
Paias Wingty anak seorang kepala suku dari 18 bersaudara. Pada usia ke-41 dia terpilih menjadi Perdana Menteri Papua New Guinea (PNG) dengan berhasil mengalahkan Rabi Namaliu hanya berbeda satu suara.
Para pengamat politik di PNG menyebut Wingti sebagai seorang pemimpin yang tegas dibanding para pendahulunya. Apalagi Paias Wingti juga sangat mementingkan pembangunan ekonomi di negara yang kaya akan sumber daya alam tersebut. Pertambangan emas di Porgera merupakan terbesar di dunia, bahkan tempat kelahiran Paias Wingti pun penghasil emas.
Salah satu pesan penting Paias Winti saat menjadi PM kepada rakyat Papua New Guinea setiap melakukan kunjungan di seluruh negeri adalah ada uang di tanah PNG.
Ketika terjadi hama yang menyerang perkebunan kopi rakyat di pegunungan tengah mulai dari Goroka sampai ke Mt Hagen, Wingty berani mengeluarkan jutaan kina untuk memerangi hama tersebut. Kini masyarakat di Goroka maupun Mount Hagen menyebut kopi sebagai Green Gold atau emas hijau.
Lalu bagaimana antara Lukas Enembe dan Paias Wingty? Keduanya pemimpin yang sama-sama anti dengan minuman keras dan tidak suka makan pinang. Paias Wingty termasuk PM Papua New Guinea yang anti miras sehingga membuat pihak Jakarta panik dan kaget ketika Wingty berkunjung ke Indonesia di era pemerintahan Presiden Soeharto.
Lukas Enembe yang lahir di Mamit, 27 Juli 1967 merupakan sosok Gubernur Papua yang dianggap berani melawan Jakarta. Tak heran kalau Pdt Herman Saud menilai, mantan bupati Puncak Jaya ini berani mengeluarkan pendapat jika bicara soal Papua. Gebrakannya dianggap kontroversial, termasuk menebang pohon beringin di Kantor Gubernur Papua ketika pertama kali menjabat gubernur. Bahkan Lukas Enembe pernah mengatakan dengan tegas bahwa satu nyawa orang Papua mahal harganya.
Bigman antara PNG dan Papua Barat
Menurut Dr JR Mansoben dalam disertasinya di Universitas Leinden, Negeri Belanda berjudul “Sistem Politik Tradisional di Irian Jaya” (1995), ‘bigman’ atau pria berwibawa, diperoleh melalui pencapaian. Sumber kekuasaan terletak pada kemampuan individual, kekayaan material, kepandaian berdiplomasi atau berpidato, keberanian memimpin perang, fisik tubuh yang besar, sifat bermurah hati, dan dermawan. Pelaksanaan kekuasaan biasanya dijalankan oleh satu orang. Etnik yang menganut sistem kepempinan pria berwibawa di Tanah Papua adalah orang Dani, Asmat, Mee, Meibrat, Muyu, dan Malind Anim.
Menyimak pendapat Mansoben ini tak heran kalau Lukas Enembe dan Paias Wingty bisa mencapai kepemimpinan pria berwibawa karena memiliki semuanya. Lukas Enembe setelah meraih jabatan bupati Puncak Jaya langsung terpilih menjadi ketua umum Partai Demokrat. Ini berarti Lukas Enembe memiliki kekuasaan politik dan kekuasan dalam pemerintahan sampai sekarang menjabat gubernur Papua juga memimpin Partai Demokrat.
Hal ini kemudian merebak pula kepada Bupati Yahukimo Abock Yusup, juga menjadi Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Provinsi Papua, Bupati Paniai Hengki Kayame memimpin Partai Hanura. Berbeda dengan John Wempi Wetipo dan Ones Pahabol menjabat bupati, tetapi tidak memimpin partai politik. Meskipun Ones Pahabol pentolan Partai Golkar, tetapi toh ketua umum Partai Golkar Papua sekarang adalah Klemen Tinal, pasangan Lukas Enembe dalam Pilkada mendatang.
Lukas Enembe punya kemampuan individual sehingga berhasil meraih kedudukan politik, baik dalam pemerintahan maupun partai politik. Tak heran kalau pengaruhnya sangat besar kepada generasi muda Papua yang melakukan demo mendukung Lukas Enembe saat dipanggil ke Bareskrim Mabes Polri di Jakarta. Enembe berhasil tampil sebagai kader partai dan juga pemimpin politik.(*)
Dominggus A Mampioper adalah Pemimpin Redaksi Jubi.