Papua No. 1 News Portal | Jubi
Merauke, Jubi – Lembaga Masyarakat Adat (LMA) tak akan berpihak kepada kandidat tertentu saat pelaksanaan pemilihan kepala daerah (Pilkada) Merauke tahun depan. LMA tetap memposisikan diri sebagai lembaga netral, karena di situ sudah pasti ada sejumlah kandidat orang Marind akan bertarung.
“Memang dalam beberapa bulan terkahir, nama sejumlah orang Marind telah menyatakan sikap untuk bertarung dalam Pilkada 2020. Hanya saja, belum dipastikan berapa akan lolos. Karena harus melobi mendapatkan partai terlebih dahulu,” ungkap Ketua LMA Kabupaten Merauke, Frederikus Wanim Mahuze, kepada Jubi, Rabu (7/8/2019).
Dikatakan, siapapun yang maju, LMA pasti memberikan dukungan penuh karena mereka adalah anak asli Marind. Namun yang paling diutamakan adalah perlu mengantongi perahu terlebih dahulu, sehingga menjadi lebih jelas.
“Ada lima calon bupati telah melakukan komunikasi dengan kami. Hanya saja saya meminta calon bersangkutan harus mengurus dengan baik persyaratan, termasuk mengantongi perahu yang nantinya mendukungnya untuk bertarung dalam pilkada,” katanya.
Wanim juga mengatakan sesuai keputusan adat, yang berhak maju menjadi cabup-cawabup Merauke adalah orang asli Marind. Itu sudah ada kesepakatan saat rapat tikar adat beberapa bulan lalu.
“Saya minta kepada orang non Papua yang sudah ancang-ancang untuk maju, sebaiknya mengurungkan niatnya dan memberikan kesempatan kepada anak-anak asli Marind bertarung,” pintanya.
Ketua DPC Partai Gerindra Kabupaten Merauke, Steven Abraham, mengaku sejauh ini belum ada kandidat yang datang sekaligus melamar.
“Kita membuka ruang kepada siapapun mendaftar,” katanya.
Akan tetapi, jelas dia, dipertimbangkan lagi calon yang diusung. Minimal adalah kader partai politik.
“Kenapa saya katakan demikian, karena berangkat dari pengalaman. Di mana ketika Partai Gerindra mengusung calon dan sudah terpilih menjadi bupati, terakhirnya lupa diri,” tegasnya. (*)
Editor: Dewi Wulandari