| Papua No.1 News Portal | Jubi
Deiyai, Jubi – Aliran listrik di Rumah Sakit Umum (RSU) Pratama Deiyai sering padam, disebabkan kosongnya Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk mesin pembangkit tenaga listrik.
Sekretaris RSU Pratama Deiyai, Pebur Mote, mengatakan lantaran kosongnya stok BBM, terkadang mereka harus mengebon pada pedagang solar.
“Kami sudah kehabisan BBM, ya solar, sekitar dua minggu lebih. Ada pasien yang pakai oksigen merontak, karena listrik mati. Ini sungguh kami ketakutan betul,” katanya, kepada Jubi di Deiyai, Rabu (29/7/2020).
Mote mengungkapkan kehabisan BBM tersebut dikarenakan RS tidak memiliki anggaran yang cukup.
“Dalam DPA itu saya lihat khusus untuk belanja BBM hanya Rp 30 juta untuk tahun anggaran 2020 ini. Padahal, setelah saya kalkulasikan untuk satu tahun, RSU Pratama Deiyai ini harusnya sekitar Rp 300 juta, itu khusus BBM saja,” katanya.
Ketua Komisi A DPRD Deiyai, Hendrik Onesmus Madai, menyayangkan sikap eksekutif setempat yang tidak pernah melibatkan pihak legislatif saat penyusunan DPA.
“RSU ini pusat kehidupan kita, tidak boleh main-main. Jadi kami juga biasanya kaget saat pembagian DPA tidak pernah kerja sama dengan legislatif,” kata Madai.
Ia juga menyoroti agar sebagian dana untuk penanganan Covid-19, bisa alihkan untuk pengadaan BBM agar aktivitas RSU tetap berjalan.
“Kalau sampai RSU ini gelap, apa yang terjadi? Siapa yang tanggung jawab? Mari segera kita benahi,” katanya. (*)
Editor: Kristianto Galuwo