Lima tahun berlalu, terumbu karang yang dihancurkan Siklon Winston mulai pulih

Populasi ikan telah kembali ke kawasan terumbu karang di Cagar Alam Laut (CAL) Namena dan Kawasan Konservasi Laut (KKL) Vatu-i-Ra di lepas pantai Fiji yang sebelumnya rusak parah akibat serangan Siklon Winston. - The Guardian/ Tom Vierus

Papua No.1 News Portal | Jubi

Suva, Jubi – Setelah serangan siklon tropis terkuat yang pernah tiba di daratan di belahan bumi selatan, terumbu karang di seluruh kawasan Cagar Alam Laut (CAL) Namena dan Kawasan Konservasi Laut (KKL) Vatu-i-Ra di lepas pantai Fiji hancur berkeping-keping.

Read More

Siklon Tropis Winston melanda Fiji pada 20 Februari 2016, menyebabkan kerusakan di daratan serta di bawah permukaan air laut. Angin berkecepatan 280 km/jam itu merenggut 44 jiwa, menyebabkan lebih dari 40.000 rumah rusak berat atau hancur total, sementara gelombang badai merusakkan terumbu karang yang ia lewati. Winston menyebabkan kerusakan senilai AS$ 1,4 Miliar, siklon dengan dampak kerusakan paling berat yang pernah ada di Pasifik Selatan.

Namun empat tahun kemudian, suatu kemajuan memuaskan sekelompok ilmuwan, terumbu karang di gugusan pulau Fiji kembali semarak, sekali lagi penuh dengan ikan dan karang dengan beraneka warna.

Sebuah ekspedisi penyelaman yang dilakukan baru-baru ini, dipimpin oleh Wildlife Conservation Society (WCS), menemukan bahwa ekosistem terumbu karang itu mulai pulih, melampaui harapan para ilmuwan awalnya.

“Saya kaget melihat betapa cepatnya proses pemulihan itu, terutama di daerah CAL Namena,” tutur Direktur WCS di Fiji, Sangeeta Mangubhai, kepada Guardian.

“Pemulihan yang cepat ini kemungkinan besar menunjukkan terumbu karang ini memiliki proses rekrutmen alami yang baik dan mereka dikelola dengan baik. Terumbu karang yang lebih sehat, sebelum peristiwa yang destruktif seperti siklon, diharapkan akan pulih lebih cepat.”

Selain melimpahnya populasi terumbu karang muda di kedua kawasan lindung tersebut, tim WCS menemukan populasi ikan telah kembali pulih dalam jumlah yang signifikan di semua wilayah, bahkan di daerah di mana terumbu karang belum pulih.

Direktur Regional WCS untuk Melanesia, Dr. Stacy Jupiter, mengatakan bahwa organisasi tersebut telah bekerja dengan masyarakat pribumi iTaukei setempat, yang memegang hak penangkapan ikan secara adat di Vatu-i-Ra dan Namena, untuk menerapkan kebijakan-kebijakan pengelolaan kawasan terumbu karang, termasuk menentukan kawasan larang tangkap ikan yang mencakup daerah-daerah terumbu karang dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi. (The Guardian)

 

Editor: Kristianto Galuwo

Related posts

Leave a Reply