Lima ancaman utama di Pasifik

Lima ancaman Pasifik termasuk keamanan manusia dan nasional, perubahan iklim, bencana alam, SDA, dan pengaruh Tiongkok. - The Australian Strategic Policy Institute Blog/ The Strategist/ Graeme Dobell
Lima ancaman Pasifik termasuk keamanan manusia dan nasional, perubahan iklim, bencana alam, SDA, dan pengaruh Tiongkok. – The Australian Strategic Policy Institute Blog/ The Strategist/ Graeme Dobell

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Oleh Graeme Dobell

Read More

Menyusun urutan ancaman, risiko, dan tantangan utama yang dihadapi Pasifik Selatan. Hal apa yang paling penting? Ancaman yang paling signifikan dalam kehidupan penduduk Kepulauan Pasifik?

Membuat peringkat isu-isu berdasarkan kepentingannya seperti ini menarik bagi pegawai publik yang pemikirannya teratur, dan politisi yang alur pemikirannya untuk memberikan instruksi.

Ketika pemerintah Australia membuat daftar ancaman yang penting di Pasifik menggunakan analisis berita, tantangan Tiongkok menduduki peringkat tertinggi. Tentu saja, Pasifik Selatan sendiri lebih peduli tentang perubahan iklim. Keduanya berada di lima besar urutan saya ini, tetapi keduanya tidak ada di peringkat tertinggi dalam daftar ancaman, risiko, dan tantangan terbesar untuk Pasifik Selatan yang saya susun, yaitu (1). Keamanan manusia dan keamanan nasional; (2). Perubahan iklim; (3). Bencana alam; (4). Sumber daya alam, dan (5). Tiongkok.

Jadi, berikut ini setiap isu dari peringkat ke-5 sampai ke-1:

5. Tiongkok

Menurut analisis Canberra, Tiongkok ingin menjadi kekuatan yang dominan di Kepulauan Pasifik, dengan juga mengembangkan jangkauan dan pangkalan militer. Seperti yang saya katakan pada 2018: “Hari ini Australia melihat kepentingannya di Pasifik Selatan telah dilawan langsung oleh Tiongkok.” Sejak Perang Dunia II dan Perang Dingin berakhir, belum pernah kawasan Kepulauan Pasifik lebih relevan secara strategis sampai saat ini — dan itulah pandangan dari Forum Kepulauan Pasifik (PIF).

Seluruh Pasifik menyadari tantangan yang disebabkan oleh Tiongkok. Itu bisa masih bisa dikelola. Ini sudah pasti karena Tiongkok menawarkan banyak hal yang positif, sebagaimana diamati di perekonomian Australia sendiri. Tiongkok memiliki jangkauan ekonomi, tetapi kekuasaan lunaknya yang terbatas.

Canberra khawatir akan kelihaian Tiongkok dalam membeli elite-elite politik Kepulauan Pasifik. Seperti yang ditunjukkan oleh peralihan pengakuan diplomatik Kepulauan Solomon dari Taiwan, Beijing bisa membeli pemerintah, tetapi lebih sulit bagi Beijing untuk membeli warga dan negara.

Australia perlu yakin mengenai sejarah bersamanya dengan bangsa-bangsa Pasifik Selatan — yang meluas, dalam, dan keterkaitan yang rumit namun kuat. Pulau-pulau ini tahu bagaimana cara tawar menawar; mereka sudah berpengalaman dalam menghadapi kedatangan kuasa besar yang asing selama 250 tahun.

4. Sumber Daya Alam

SDA merupakan aset dengan risiko keterlibatan yang tinggi. Kepulauan Pasifik terus berupaya untuk melindungi dan menggunakan sumber daya kelautan dan perikanan mereka. Saat ini di Pasifik, tuna dinilai sebagai kisah sukses, sedangkan hutan tropis adalah tragedi.

Hutan-hutan Melanesia yang semakin hancur adalah bukti apa yang terjadi ketika ekstraksi berubah menjadi eksploitasi, yang dimungkinkan oleh korupsi. Pembalakan yang dilakukan dengan tidak berkelanjutan dan sering kali ilegal. Papua Nugini dan Kepulauan Solomon merupakan sumber kayu bulat tropis terbesar untuk Tiongkok. Menurut Global Witness, diperkirakan jumlah ekspor kayu bulat dari Kepulauan Solomon 19 kali lebih dari tinggi dari panen tahunan yang berkelanjutan.

Setiap negara telah menunjukkan performa yang buruk dalam industri pembalakan, jika dibandingkan dengan upaya bersama dari badan perikanan Forum Kepulauan Pasifik, Pacific Islands Forum Fisheries Agency (FFA), yang bertugas untuk mengelola, memantau, dan mengendalikan kapal penangkap ikan asing dari Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan.

Sektor pembalakan dan perikanan ini dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran dan peringatan sementara pulau-pulau Pasifik tersebut mempertimbangkan prospek masa depannya untuk mengeksploitasi sumber daya dasar laut.

3. Bencana Alam

Orang-orang di Pasifik Selatan menghuni lingkungan yang sangat indah, dan sangat berat. Negara-negara kepulauan ini adalah salah satu yang paling rentan terhadap bencana alam di dunia.

Menurut indeks risiko bencana alam global, World Risk Index 2019, ada lima negara kepulauan Pasifik yang masuk di antara 10 negara paling berisiko tinggi terkena bencana alam, dimana Vanuatu mendapatkan peringkat pertama, Tonga di ranking ketiga, Kepulauan Solomon yang keempat, dan Papua Nugini yang keenam.

Selain kekuatan alam, indeks itu juga mempertimbangkan pemerintah dan masyarakat, dan kemampuan untuk menanggapi keadaan darurat: ‘Semakin lemah jaringan infrastruktur, semakin tinggi tingkat kemiskinan dan ketidaksetaraan, dan semakin buruk sistem pelayanan kesehatan masyarakat, semakin rentan masyarakatnya terhadap bencana alam.’

2. Perubahan iklim

Perubahan iklim merupakan ancaman yang besar, tetapi juga isu pemersatu yang kuat — isu yang didukung oleh semua pemimpin Kepulauan Pasifik dan negara mereka.

Pasifik Selatan telah menetapkan perubahan iklim sebagai ancaman keamanan utama di kawasan ini. Seperti isi Deklarasi Boe Forum Kepulauan Pasifik (PIF) tahun 2018: ‘Kita menegaskan kembali bahwa perubahan iklim tetap merupakan satu-satunya ancaman terbesar bagi mata pencaharian, keamanan, dan kesejahteraan masyarakat Pasifik dan komitmen kita untuk memajukan implementasi Perjanjian Paris.’

Deklarasi PIF tahun lalu bahkan lebih tegas lagi, tentang ancaman terhadap kelangsungan Blue Pacific:

Saat ini, perubahan iklim dan bencana (alam) membawa dampak bagi semua negara kita. Lautan kita naik, lautan kita semakin panas, dan bencana alam yang ekstrem seperti siklon dan angin topan, banjir, kekeringan, dan pasang surut semakin intens, membawa kerusakan dan kehancuran bagi komunitas dan ekosistem kita, dan mengancam kesehatan masyarakat kita.

Mengetahui ketegasan dari pernyataan-pernyataan itu, bagaimana bisa ancaman ini ditempatkan di ranking 2? Jawabannya adalah daftar ini turut mempertimbangkan kekuasaan dan pertanggungjawaban.

Pemimpin-pemimpin Pasifik bisa terus bersatu dan berkampanye tentang ancaman perubahan iklim karena, seperti lirik lagu pop lama, mereka tidak bersalah.

Pemimpin-pemimpin Kepulauan Pasifik tentu saja tidak bertanggung jawab atas pemanasan global. Berkampanye tentang ancaman ini menyatukan negara-negara itu. Ini adalah cara bagi para pemimpin untuk tidak berbicara tentang tanggung jawab mereka dalam menghadapi tantangan terbesar yang dihadapi Pasifik yaitu kebutuhan masyarakat mereka sendiri.

1. Keamanan manusia dan keamanan nasional

Keamanan manusia dan keamanan nasional dalam segala bentuk — sosial, kesehatan, ekonomi, dan politik — keamanan Kepulauan Pasifik dan penduduknya tercampur.

Kepulauan ini adalah masyarakat yang kuat dengan pemerintahan yang lemah. Masyarakat terus bertahan sementara pemerintah tidak menjadi lebih kuat. Stabilisator desa, suku, dan agama yang dulunya ada mulai lemah. Tantangan modernisasi datang dari luar dan dalam komunitas.

Kota-kota di Pasifik dihalangi oleh permukaan air laut dan dengan sistem saluran buangan. Dengan kata lain. Kota-kota di Pasifik sedang menghadapi masalah urbanisasi.

Masalah kesehatan pun masih berat. Colin Tukuitonga – seorang dokter dari Nuie yang sempat menjabat sebagai kepala Pacific Community dari 2014 hingga baru-baru ini – mengatakan krisis iklim hanya bisa disaingi oleh krisis kesehatan:

Penyakit tidak menular seperti diabetes dan penyakit jantung adalah penyebab ketiga dari empat kematian di Pasifik. Kondisi-kondisi ini dimungkinkan oleh faktor-faktor risiko seperti tingkat perokok yang tinggi, pola makan yang tidak sehat, dan terbatasnya aktivitas fisik. Kondisi-kondisi ini menimbulkan gangguan yang cukup berat, seperti kebutaan dan gagal ginjal dan jantung.

Di negara Pasifik Selatan yang paling penting bagi Australia, Papua Nugini, Covid-19 telah memperburuk krisis ekonomi, fiskal, dan sosial PNG.

Baiknya, penduduk Kepulauan Pasifik juga didominasi orang muda yang bisa membawa revolusi. (The Strategist/ The Australian Strategic Policy Institute Blog)

 

Editor: Kristianto Galuwo

Related posts

Leave a Reply