Papua No.1 News Portal
Manokwari, Jubi – Produksi komoditi biji Kakao asal Ransiki, Kabupaten Manokwari Selatan (Mansel), sebagai salah satu komoditi lokal unggulan Provinsi Papua Barat, sedang diprogramkan bersama sejumlah pihak untuk mencapai tujuan kesejahteraan masyarakat lokal serta menjaga kelestarian alam di Bumi Kasuari.
Gubernur Papua Barat, Dominggus Mandacan, di Manokwari berharap produksi komoditi Kakao asal Ransiki Mansel, dapat mencapai 1000 ton per bulan pada 2021 nanti. Untuk itu, dibutuhkan keseriusan dan kolaborasi semua pihak guna memastikan rantai pasok hingga pasar tertata dalam satu sistem kerja yang berkelanjutan.
“Saya harap mulai tahun depan produksi kakao Ransiki lebih meningkat lagi seperti masa kejayaan PT.Cokran yang menghasilkan 1000 ton biji Kakao kering per bulan,” ujar Mandacan, saat melepas 12 ton biji kakao kering kualitas premium tujuan Surabaya, Kamis (12/11/2020) di Pelabuhan laut Manokwari.
Dikatakan Mandacan, pengembangan Kakao di Papua Barat [Ransiki], masuk dalam agenda prioritas dan kebijakan utama Pemprov Papua Barat, dalam rangka pembangunan ekonomi hijau yang berkelanjutan.
“Program ini sudah disusun dalam grand design investasi hijau Papua Barat, dan peta jalan pengembangan komoditas unggulan non deforestasi. Oleh karena itu, saya pun telah perintahkan dibentuk satuan tugas (satgas) komoditi unggulan yang beranggotakan para pihak dari sektor hulu sampai hilir [termasuk] pihak program pertumbuhan ekonomi hijau Papua-Papua Barat,” kata Mandacan.
Pelepasan 12 ton biji Kakao kering tujuan Surabaya hari ini (Kamis red), kata Mandacan, menambah total produksi biji kakao kering yang telah dikirim ke luar negeri maupun dalam negeri mencapai 90 ton di tahun 2020.
“Hari ini adalah ekspor terakhir di tahun 2020, dimana total produksi tahun ini mencapai 90 ton,” kata Mandacan, sembari menyerahkan bantuan mesin sortasi biji kakao kering kepada koperasi Eiber Suth Coklat Ransiki.
Yusuf Kawey, ketua koperasi Eiber Suth Cokelat Ransiki, mengatakan, sejak berdirinya koperasi tersebut pada 16 November 2019, telah memproduksi sekitar 70 ton biji kakao kering. Dimana 6 ton di antaranya telah diekspor lebih dulu ke Inggris.
Dikatakan, dari 1000 hektar luasan perkebunan kakao di Ransiki, koperasi Eiber Suth baru mengelola sekitar 200 hektar, mengingat kekurangan biaya peremajaan dan fasilitas penunjang, salah satunya mesin sortasi biji Kakao.
“Tenaga kami siap untuk tingkatkan produksi tapi kami kendala di biaya peremajaan dan mesin sortasi biji kakao. Dan hari ini [mesin sortasi] sudah dijawab oleh Gubernur Mandacan katanya. (*).
Editor: Syam Terrajana