Papua No.1 News Portal | Jubi
Buka, Jubi – Larangan berjualan minuman beralkohol di seluruh wilayah di Bougainville telah memperburuk masalah-masalah hukum dan ketertiban, menurut seorang kandidat dalam pemilu ini.
Pembatasan itu berlaku saat ini dan akan terus diberlakukan hingga setelah pemilu pada bulan September. Polisi telah menuduh perusahaan Agmark Shipping karena mengimpor bir ke Buin.
Komandan polisi Bougainville, Francis Tokura, lalu mengeluarkan peringatan bagi oknum-oknum yang ingin menyelundupkan alkohol ke wilayah tersebut. Menurut laporan New Dawn FM, dia mengatakan orang-orang dan perusahaan yang tertangkap basah akan diamankan dan diproses.
Tetapi kandidat Helen Hakena, seorang pegiat perempuan, berkata larangan itu telah menyebabkan naiknya produksi minuman alkohol lokal, dimana masyarakat mulai beralih ke pembuatan minuman alkohol rumahan.
Dia mengungkapkan bahwa dampak dari larangan itu sudah dirasakan oleh perempuan Bougainville.
“Tingkat kekerasan berbasis gender telah meningkat. Ada banyak pemabuk di masyarakat, dan mereka ini memprihatinkan, juga karena mereka berteriak-teriak dan menjerit dan mengganggu para kandidat ketika orang berkampanye,” tutur Hakena.
“Pada saat yang bersamaan, ada yang mengendarai kendaraan-kendaraan dengan kecepatan tinggi, jadi kita juga mempertaruhkan nyawa kita, terutama di tangan mereka yang mabuk.”
Larangan penjualan minuman beralkohol yang berkepanjangan sudah sering diberlakukan di Papua Nugini, tetapi ini sering memicu lonjakan dalam produksi lokal, yang bisa berakibat fatal.
Pemilihan mendatang termasuk pemilu presiden kelima di Bougainville. Pemilu ini dikatakan sebagai pemilu yang paling terbuka. Ketika pemilih menuju ke TPS mulai 12 Agustus, akan ada 25 capres yang dipilih. Dua dari 25 capres adalah perempuan. Salah satunya, Ruby Mirinka, adalah anggota Komisi Referendum Bougainville (BRC) dan sudah lama terlibat dalam proyek Healthy Communities. Yang satunya adalah Madeleine Toroansi, yang sudah pernah menjadi anggota parlemen sebelumnya, memegang kursi perwakilan perempuan dari central Bougainville setelah pemilu pemerintah otonom Bougainville pertama pada 2005. (RNZI)
Editor: Kristianto Galuwo