Jubi | Portal Berita Tanah Papua No. 1
Wamena, Jubi – Tukang becak di Wamena menilai, penghasilan mereka berkurang lantaran ojek dan pangkalannya semakin banyak di dalam kota Wamena Kabupaten Jayawijaya. Mereka juga mengatakan pemerintah tak mengindahkan aspirasi soal penertiban ojek. Tukang becak bahkan melampiaskan emosinya dengan merusak salah satu pangkalan ojek di komplek Pasar Misi.
Aksi pelampiasan dengan pengrusakan pangkalan ojek pada Selasa, (21/2/17) itu, nyaris berujung bentrok antara sekelompok pemuda tukang becak dan pemilik pangkalan tersebut, aksi perang mulut pun tak terhindarkan.
“Kami minta kamu (tukang ojek) jangan di sini, di kota ini ada becak, kami (tukang) becak sulit dapat penumpang gara-gara kamu ojek lalu-lalang di kota terus,” ujar seorang tukang becak dalam aksi perang mulut itu.
Menanggapi itu, Heseke Pawika yang mengaku pemilik pangkalan ojek itu, menjelaskan pangkalannya telah terdaftar resmi dan memiliki surat izin dari dinas terkait. Anggota pangkalannya atau tukang ojek didominasi orang non Papua.
“Ini bukan orang pendatang punya pangkalan, ini saya punya, tuan tanah di sini, saya pemilik tanah. Saya punya surat izin lengkap layak, termasuk yang abang ojek itu punya kartu khusus,” kata Heseke.
Eferdius Pahabol salah seorang tukang becak yang ditemui Jubi usai aksi itu, mengatakan aspirasi penertiban ojek dan pangkalan di Wamena, sudah sejak lama disampaikan kepada pemerintah namun belum ditanggapi serius.
Karenanya, ia mendesak pemerintah agar pangkalan ojek dalam kota harus ditiadakan.
Terpisah Yosafat Yogobi, Ketua Asosiasi Ojek di Wamena mengatakan terkait polemik antara ojek dan becak ini pihaknya berencana melakukan aksi pada Kamis, (23/2/2017) dalam rangka penertiban. Ia mengakui ojek tidak diperbolehkan beroperasi di dalam kota Wamena.
“Pangkalan di pinggiran ini memang kita tidak bisa ganggu gugat, karena memang itu sudah ada izin resmi tapi yang di kota adik dorang punya hak untuk bubarkan. Hari Kamis kami akan demo untuk ini,” kata Yosafat. (*)