Papua No.1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Junta militer Myanmar memburu enam selebritis setempat karena dituduh menghasut para pegawai negeri untuk berunjuk rasa menentang kudeta. Junta militer Myanmar menerbitkan surat perintah penahanan untuk enam selebriti dengan dalih melanggar Undang-Undang Anti-Penghasutan.
Baca juga : Kudeta Militer Myanmar, Suu Kyi disidang diam-diam tanpa pengacara
Kudeta militer Myanmar, sejumlah polisi ini membelot memilih pro sipil
Pengusaha Singapura ini hendak cabut investasi dari Myanmar, protes kudeta militer
Reuters, Kamis (18/2/2021) menyebut sejumlah artis yang diburu itu terdiri dari aktor, penyanyi hingga sutradara film. Salah satu yang diburu adalah aktor Lu Min, karena unggahannya di media sosial Facebook yang dinilai menghasut para PNS.
“Sangat luar biasa melihat persatuan masyarakat. Kekuasaan rakyat harus dikembalikan kepada rakyat,” tulis Lu Min.
Para buronan itu terancam dipenjara dua tahun akibat dijerat delik itu. Sampai saat ini sejumlah PNS di Myanmar ada yang memilih ikut berunjuk rasa dan meninggalkan pekerjaan mereka. Hal itu membuat kegiatan sejumlah kantor lembaga negara dan pemerintah terganggu.
Pemerintah junta militer meminta para PNS itu segera kembali bekerja. Namun, sampai saat ini imbauan itu nampaknya tidak dihiraukan.
Pada Rabu (17/2/2021) kemarin, demo besar terjadi di kota Mandalay. Para pegawai perusahaan kereta api setempat ikut berunjuk rasa, yang membuat perjalanan kereta lumpuh total.
Mereka juga terlibat bentrok dengan aparat keamanan hingga malam.
Aparat keamanan Myanmar membubarkan para demonstran dengan menembakkan peluru karet hingga ketapel.
Aparat Myanmar menyatakan mereka terpaksa mengambil tindakan represif demi keselamatan dan keamanan masyarakat.
Menurut catatan Lembaga Bantuan Perhimpunan Tahanan Politik Myanmar, sampai saat ini ada 495 orang yang ditahan usai kudeta. Sebanyak 460 orang dilaporkan masih dibui.
Hari ini juga dilaporkan akan terjadi unjuk rasa besar-besaran menentang kudeta di sejumlah kota besar di Myanmar, yang dilakukan oleh mahasiswa dan masyarakat dari berbagai kelompok. (*)
CNN Indonesia
Editor : Edi Faisol