Krisis perisakan di sekolah-sekolah di Fiji berakar dalam

Vijay Naidu, akademisi Fiji. - The Guardian/ Sheldon Chanel
Vijay Naidu, akademisi Fiji. – The Guardian/ Sheldon Chanel

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Suva, Jubi – Sebuah video mengkhawatirkan yang menunjukkan sekelompok siswa sekolah menengah memukuli teman sekelasnya, menjadi viral di Fiji pekan lalu dan menyebabkan banyaknya desakan agar dilakukan penyelidikan negara, mengenai apa yang disebut sebagai ‘krisis’ perisakan di sekolah-sekolah di Fiji.

Read More

Anggota parlemen (MP) dari oposisi, ormas, dan pakar mendesak agar ada penyelidikan atas apa yang mereka klaim sebagai tingkat kekerasan yang tinggi di sekolah. Oleh beberapa pihak, ini dilihat sebagai refleksi masalah kekerasan yang lebih meluas di negara itu, termasuk tingginya angka KDRT, kekerasan polisi, dan ‘budaya kudeta’ politik.

Video berdurasi tiga menit itu, dilaporkan direkam tahun lalu, pertama kali diunggah daring pada 1 Maret. Video dilihat dan dibagikan ribuan kali di Facebook, sebelum akhirnya dihapus dari platform tersebut.

Di dalam video, tiga anak laki-laki berseragam sekolah memukuli anak laki-laki keempat dengan sepotong kayu, sambil memukulnya dan mengejeknya, sementara korban menangis. Insiden itu terjadi di Sekolah Ratu Kadavulevu di Tailevu, sekitar satu jam perjalanan dari ibu kota, Suva.

Perdana Menteri, Frank Bainimarama, berkata dia muak dan geram menonton rekaman itu. “Video itu menghancurkan hati saya. Saya melihat anak-anak dan cucu-cucu saya di dalam diri korban, sama seperti yang pasti dilakukan semua orang tua lainnya,” tulis Bainimarama dalam sebuah pernyataan.

Sitiveni Rabuka, pemimpin oposisi, telah mendesak adanya penyelidikan nasional atas kebijakan Kementerian Pendidikan tentang bullying dan kekerasan di sekolah.

Ada 6.594 keluhan tentang perisakan yang dilaporkan di sekolah-sekolah dasar dan menengah di seluruh Fiji tahun lalu, menurut laporan dari Kementerian Pendidikan.

Tiga anak laki-laki itu telah digugat dan diadili di Sigatoka minggu lalu. Tetapi publik marah karena diperlukan waktu lama sebelum kasus itu dilaporkan ke polisi, padahal kejadian itu dilaporkan ke Kementerian Pendidikan sejak tahun lalu.

Vijay Naidu, mantan profesor sosiologi di Universitas Pasifik Selatan dan akademisi Fiji, mengungkapkan bahwa video itu menyingkapkan masalah yang lebih dalam dan serius tentang budaya bullying dan kekerasan di Fiji.

Bullying sudah lama menjadi masalah … di sekolah dan di banyak lembaga lain,” jelas Naidu. “Penyerangan itu sangat umum dalam hal kekerasan terhadap perempuan dan kelompok minoritas seksual. Itu semua adalah bagian dari  rantai kekerasan di Fiji.”

Fiji memiliki salah satu angka KDRT tertinggi di dunia, 64% perempuan di negara itu mengalami kekerasan fisik atau seksual dari pasangannya.

Naidu mengatakan bahwa budaya kudeta Fiji juga merupakan contoh betapa mengakar masalah ini. Ada empat kudeta, semuanya penuh dengan kekerasan, dari 1987 sampai 2006 di Fiji.

Psikolog Fiji, Selina Kuruleca, mengatakan data dari Kementerian Pendidikan menegaskan bahwa bullying sekolah adalah ‘krisis nasional’, dan sementara ada bermacam-macam faktor-faktor penyebabnya, termasuk fakta bahwa para guru-guru ‘terlalu banyak bekerja’ dan ‘rendah upahnya’ dan harus bersusah payah untuk mengajar dimana ‘terlalu banyak murid di satu ruang kelas,’ contoh kekerasan di antara orang dewasa juga berpengaruh.

Tahun lalu, PM Bainimarama dituduh melakukan penyerangan terhadap MP Pio Tikoduadua, seorang MP oposisi, yang menuduh Bainimarama merenggut bajunya dan mendorongnya di luar gedung parlemen Fiji di Suva. Tidak ada gugatan yang diajukan pada Bainimarama, meskipun departemen penuntut umum negara itu memutuskan ada ‘cukup bukti bagi perkara ini untuk dilanjutkan ke pengadilan.’ (The Guardian)

Editor: Kristianto Galuwo

Related posts

Leave a Reply