Korona menambah rejeki penjual Sagu dan bumbu dapur

Aktifitas di pasar pagi Paldam Kota Jayapura, Selasa pagi (26/5/2020) – Jubi/Jean Bisay

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, JubiRejeki elang tak akan dapat [dimakan] oleh musang. Peribahasa yang memiliki makna atau arti setiap orang memiliki keuntungannya masing-masing.

Read More

Kondisi ini dirasakan para penjual sagu dan bumbu dapur ditengah pandemi Corona Virus Disease 19 atau (Covid-19) yang hingga kini masih melanda dunia, Indonesia hingga Papua.

Wabah korona yang sementara menghalangi aktifitas masyarakat termasuk di Kota Jayapura, Papua ternyata membawa berkah tersendiri. Penghasilan mereka meningkat cukup signifikan dibanding hari biasa, sebelum wabah korona yang pertama kali ditemukan muncul di kota Wuhan, China.

Ibu Yayan Inggeni, warga Dok IX,  Kelurahan Tanjung Ria, Distrik Jayapura Utara, Kota Jayapura, Papua mengatakan saat muncul virus korona penghasilannya per hari dari penjualan bumbu campur dan sagu berkisar satu hingga dua juta rupiah.

“Kalau hari biasa tidak tentu. Dari penjualan bumbu dapur dan sagu mentah, bisa dapat 400 sampai 600 ratus ribu. Kadang-kadang per hari itu bisa dapat lebih juga sampai satu juta,” kata Yayan Inggeni sambil merapikan bumbu dapurnya pada meja jualan.

“Sebelum korona pas tanggal muda dan harga ikan sedikit murah,  pendapatan bisa dapat banyak, kadang-kadang lebih dari 500 ribu,” tambah Inggeni kembali.

Mama Inggeni mengaku pembeli saat situasi korona lebih banyak dibanding hari biasa. Walau pemerintah membatasi waktu aktifitas warga sejak pukul 06:00 pagi hingga 02:00 siang.

“Banyak pembeli waktu pagi dan saat batas mau tutup, disitu orang baku cakar [berbondong-bondong] membeli,” ujarnya.

Mama Inggeni menjual sagu mentah ukuran kecil seharga Rp20 ribu, sedangkan ukuran sedang seharga Rp25 ribu per potong. Sedangkan bumbu campur (sejumlah bawang merah, bawang putih, tomat, rica, sereh, kunyit, lengkuas dan daun kemangi).

“Bumbu campur harganya 10 ribu per tumpuk dan yang jual pisah juga harganya sama, tapi kadang ada juga yang beli harga 5 ribu,” katanya merinci.

Sagu dan bumbu dapur dibeli mama Inggeni dari pasar sentral Hamadi dan pasar Youtefa serta di pasar Sentani, kemudian dijual kembali.

“Sagu kami beli harganya 200 sampai 300 ribu, per karung beras ukuran 20 atau 25 kilogram. Kalau bumbu-bumbu seperti rica, tomat dan bawang, jahe, kunyit dan lain-lain kami beli dari pedagang per kilo,” katanya.

Mama Inggeni menilai warga sudah patuh ikut himbauan pemerintah buat menjaga jarak, pakai masker saat berbelanja, tapi kadang masih banyak berkerumun.

“Semua orang mengeluh gara-gara korona, tapi kita masih mendapatkan berkat yang patut disyukuri,” ucap ibu Inggeni.

Senada mama Lowice, penjual sagu dan bumbu dapur di pasar pagi Paldam, Kelurahan Gurabesi, Kota Jayapura bersyukur ada peningkatan pendapatan saat ini.

“Korona ini bikin kitong [kita] susah semua. Tapi mama masih bersyukur bisa dapat uang sedikit,” ucapnya kepada Jubi, Selasa pagi (26/5/2020).

Sagu ukuran kecil dijual 20 ribu dan besar harganya 30 ribu. “Bumbu kurang begitu laku, karena banyak yang jual. Tapi sagu banyak yang beli,” katanya.

Ia mengaku sebelum korona, dari jualan sagu mendapat pemasukan 300-400 ratus ribu. “Sekarang bisa dapat 500 lebih,” katanya. (*)

 

 

 

Related posts

Leave a Reply