Papua No.1 News Portal | Jubi
Sentani, Jubi – Sejumlah mama-mama Papua yang berjualan di pinggir jalan kawasan eks pasar lama Sentani, mengaku sudah lelah mengeluh dengan kondisi tempat mereka berjualan, yang sama sekali tidak layak untuk menaruh barang dagangan seperti ikan segar, sayur mayur, sagu, dan barang dagangan lainnya.
“Jauh sekali kalau mau ke pasar baru, ongkos ojek saja mahal,” ujar Yulce Mokai, salah satu pedagang ikan danau saat ditemui di pinggir jalan eks pasar lama Sentani, Kamis (3/3/2022).
Menurutnya, pemerintah daerah harus membangun pasar yang dekat dengan pedagang atau panjual. “Misalnya kami penjual ikan danau, harus ada pasar khusus yang dekat dengan tepian danau, sehingga kami tidak jauh-jauh bawa ikan untuk dijual, sudah jauh pasarnya, tempatnya tidak layak lagi.”
Biaya transportasi, katanya, dari kampung ke Dermaga Yahim, rata-rata Rp 10-15 ribu, untuk naik ojek dari Dermaga Yahim menuju Pasar Pharaa Rp 30 ribu. Sementara dari Dermaga Yahim ke eks pasar lama ini hanya Rp 15 ribu.
“Kadangkala ongkos speedboat dari kampung ke Dermaga Yahim, kami bayar ketika pulang kembali ke kampung. Bosan juga mengeluh dengan kondisi seperti ini, yang penting barang dagangan laku saja sudah cukup.”
Hal senada juga dilontarkan Selvi Marweri, penjual ikan danau lainnya, bahwa kurang lebih lima hingga enam tahun ini dirinya berjualan di pinggir jalan setiap hari, dari siang hingga petang.
“Pernah sekali berjualan di pasar baru, ikan yang dibawa jual tidak semua laku. Sejak itu, saya hanya datang berjualan di sini, di pinggir jalan kawasan eks pasar lama ini. Berat diongkos kalau mau ke pasar baru,” jelasnya.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan pernah melakukan pendataan para pedagang yang berjualan di eks pasar lama Sentani, dengan tujuan untuk memindahkan mereka ke pasar baru. Rencana pemindahan pedagang hingga saat ini belum direalisasikan.
Selain itu juga, lokasi nya sudah tidak layak digunakan untuk berjualan, dan kemacetan arus lalu lintas sering terjadi di kawasan ini hingga cukup mengganggu aktivitas masyarakat lainnya.
Kepala Distrik Sentani, Yohanes Eroll Daisiu mengatakan, pihaknya berencana membangun pasar ikan air tawar di pinggiran Danau Sentani, tepatnya di Kelurahan Dobonsolo. Hanya saja terkendala dengan tanah hak ulayat.
“Sangat miris memang melihat kondisi mama-mama kita yang berjualan pada tempat yang tidak layak, ini alternatif atau pilihan mereka karena jarak dari Dermaga Yahim dan Pasar Phaara sangat jauh,” katanya. (*)
Editor: Kristianto Galuwo