Papua No. 1 News Portal | Jubi
Persediaan di gudang Bulog telah ludes sepekan lalu. Harga gula pasir pun meroket karena langka di pasaran.
MARTHA terkaget-kaget sewaktu membeli gula pasir. Bahan pemanis itu kian meroket harganya di Kota Merauke. Sekilogram gula pasir yang semula Rp12.500 menjadi Rp16 ribu bahkan Rp17.500.
“Bagaimana tidak kaget, harga gula pasir sudah naik hingga menjadi Rp17.500 per kilogram. Ini sangat membebani kami yang berpenghasilan terbatas,” kata perempuan berusia 45 tahun, itu kepada Koran Jubi, Kamis (4/7/2019).
Martha yang menetap di Kelurahan Samkai tersebut berharap pemerintah segera menormalkan kembali harga gula pasir. Mereka harus melakukan inspeksi mendadak ke sejumlah pasar untuk mengupayakan penekanan terhadap lonjakan harga.
Kelangkaan persediaan membuat harga gula pasir di Merauke melambung dalam beberapa pekan terakhir. Asosiasi Himpunan Pedagang Pasar Merauke (Hipam) pun menyayangkan kondisi tersebut.
“Kami juga menyesalkan terjadinya kelangkaan gula pasir di pasaran. Ini sudah berkali-kali terjadi,” kata Ketua Hipam Ali Syahbana.
Ali mendesak pihak Bulog untuk turun tangan karena mereka yang paling bertanggung jawab dalam tata niaga gula. Jika ini dibiarkan berlarut-larut, dikhawatirkan semakin meresahkan masyarakat.
“Apalagi, ini menjelang Hari Raya Iduladha. Kalau terus terjadi kekosongan (stok), sudah pasti kenaikan harga gula tidak bisa dibendung pedagang,” jelas Ali.
Dia mengusulkan pemerintah membuka keran distribusi kepada pihak swasta untuk mengatasi kelangkaan gula di Merauke.
“Pemerintah tidak boleh terlalu kaku dengan aturan. Daripada masyarakat terus mengalami kesusahan, lebih baik mereka mengizinkan swasta memasok gula.”
Stok ludes
Pihak Bulog setempat sejauh ini terus berupaya mengatasi kelangkaan pasokan yang menyebabkan harga gula meroket. Bulog Merauke mengaku telah mengajukan tambahan pasokan kepada induk institusi mereka di Jakarta.
“Kami telah mengusulkan tambahan kuota gula. Hanya saja, belum ada informasi lanjutannya (direspons) sampai sekarang,” kata Kepala Bulog Subdivisi Regional Merauke, Djabiruddin.
Dia pun mengakui persediaan gula di gudang mereka sudah ludes sejak pekan lalu. Stok terakhir sebanyak 40 ton telah didistribusikan ke pasaran untuk mengantisipasi lonjakan harga seusai Idulfitri.
Walaupun belum diperoleh kepastian mengenai tambahan kuota, Djabiruddin berharap masyarakat tidak panik. Dia khawatir kepanikan warga justru dimanfaatkan para spekulan untuk menaikkan harga.
“Kedatangan pasokan memang belum bisa dipastikan karena belum ada informasi lisan maupun tertulis dari kantor pusat. Namun, kelangkaan terkadang dimanfaatkan pedagang untuk menaikan harga,” jelas Djabiruddin.
Dia pun mengingatkan para pedagang mematuhi ketentuan harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah untuk gula pasir. Harga jual sekilogramnya tidak boleh melebihi Rp12.500.
“Jika menjual lebih dari itu, akan disanksi. Mereka tidak boleh lagi menyalurkan gula pasir,” tegas Djabiruddin.
Djabiruddin memastikan mereka juga tidak pernah membatasi distribusi gula ke distributor. Berapa pun permintaan dan kebutuhan mereka, tetap dipenuhi.
“Setiap pengusaha boleh membeli gula pasir di Bulog, asalkan memenuhi syarat, termasuk mematuhi ketentuan HET. Tiga bulan lalu, dua pengusaha Merauke membeli sebanyak 300 ton. Mereka tetap kami layani seperti yang lain,” kata Dajiruddin. (*)
Editor: Aries Munandar