Papua No.1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Sekitar 72 orang telah tewas dalam kerusuhan antara warga dengan polisi dan tentara yang berupaya mengembalikan ketertiban setelah protes penahanan mantan presiden Jacob Zuma. Kejadian itu merupakan terburuk di Afrika Selatan dalam beberapa hari terakhir.
“Di antara korban jiwa dalam kekerasan itu adalah 10 orang yang tewas terinjak-injak di kotapraja Soweto,” kata juru bicara Kementerian Kepolisian Lirandzu Themba.
Baca juga : Angka kekerasan anak di dunia mencapai miliaran per tahun
Jurnalis perempuan di dunia banyak mengalami kekerasan secara daring selama pandemi
Ini kekhawatiran Paus konflik Palestina-Israel, pejabat dunia bersikap
Lebih dari 1.200 lainnya telah ditangkap di provinsi KwaZulu-Natal, tempat asal Zuma, dan Gauteng. Selama hampir seminggu, pengunjuk rasa dan penjarah telah membakar mal dan bentrok dengan polisi, yang telah membalas dengan peluru karet dan sekarang sangat kewalahan sehingga militer dikerahkan untuk membantu polisi.
Protes meletus pekan lalu ketika mantan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma, 79 tahun, menyerahkan diri kepada pihak berwenang untuk menjalani hukuman penjara 15 bulan karena penghinaan terhadap pengadilan.
Dia sebelumnya telah menolak hadir di komisi anti-korupsi untuk menghadapi beberapa tuduhan, termasuk penyuapan dan penipuan, yang telah berulang kali dia bantah.
Pejabat keamanan mengatakan pemerintah sedang bekerja untuk menghentikan penyebaran kekerasan dan penjarahan, yang telah menyebar dari tempat asal Jacob Zuma di provinsi KwaZulu-Natal (KZN) ke kota terbesar di negara itu Johannesburg dan sekitar provinsi Gauteng, dan ke kota pelabuhan Samudera Hindia Durban.
“Ada laporan kekerasan sporadis di dua provinsi lain juga dan petugas penegak hukum berpatroli di daerah-daerah ancaman yang diidentifikasi dalam upaya untuk mencegah kemungkinan kriminalitas oportunistik,” kata South African Police Service (SAPS).
Jacob Zuma, 79 tahun, dijatuhi hukuman bulan lalu karena menentang perintah pengadilan konstitusi untuk memberikan bukti pada penyelidikan yang menyelidiki korupsi tingkat tinggi selama sembilan tahun menjabat hingga 2018.
Dia juga menghadapi persidangan dalam kasus terpisah atas tuduhan termasuk korupsi, penipuan, pemerasan dan pencucian uang. Dia mengaku tidak bersalah di pengadilan pada bulan Mei.
Yayasan Zuma mengatakan tidak akan ada perdamaian di Afrika Selatan sampai mantan presiden dibebaskan dari penjara. (*)
Editor : Edi Faisol