Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Para siswa SMKN 1 Tanah Miring Merauke, Papua, terampil mengolah berbagai bahan pangan menjadi makanan dalam kemasan yang dipasarkan hingga ke luar Papua. Para siswa itu mengolah dan mengemas keripik pisang rasa nangka dan rasa cokelat, abon ikan gastor, pentol ikan gastor, ikan asin gastor, Virgin Coconut Oil, dan teh sarang semut yang diminati di Bali, Bogor, dan Jakarta.
Manajer produksi abon ikan gastor, Matelda Y. Ramar menuturkan sejumlah enam siswa SMKN 1 Tanah Miring belajar mengolah bahan pangan menjadi makanan kemasan sebagai bagian dari pelatihan kewirausahaan di sekolah. “Program ini dibuat agar siswa mampu dan terampil berwirausaha. Nantinya setelah keluar dari SMKN 1 Tanah Miring Merauke bisa menjadi pengusaha muda,” Ramar di Jayapura, Jumat (26/4/2019).
Dijelaskan Ramar, para siswa belajar mengolah bahan pangan menjadi makanan dalam kemasan secara bergantian di lima pengusaha lokal. Setiap program pemagangan melibatkan dua orang siswa, dan siswa yang telah terampil akan digantikan siswa yang lain. Hingga kini, telah ada enam siswa yang menyelesaikan program magang itu. “Siswa yang sudah terampil membantu kami mengajari teman-temannya yang lain,” tutur Ramar.
Kini, para siswa telah secara mandiri memproduksi keripik pisang rasa nangka dan rasa cokelat, abon ikan gastor, pentol ikan gastor, ikan asin gastor, Virgin Coconut Oil, dan teh sarang semut. Volume produksi para siswa SMKN 1 Tanah Miring pun terus bertambah.
Produk olahan ikan gastor dan keripik, misalnya, sangat diminati di Papua. Ramar menuturkan satu musim produksi abon ikan gastor memakan waktu satu pekan, dan dalam satu musim produksi itu para siswa mampu membuat sekitar 10 kilogram abon ikan gastor. Abon ikan gastor itu dikemas dalam ukuran 200 gram, dan setiap pekan para siswa memproduksi antara 50 – 60 bungkus abon ikan gastor yang dipasarkan dengan harga Rp20 ribu per bungkus.
“Alat dan bahan kemasannya, disediakan Program Techno-Park Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jadi, kami tinggal menyiapkan makanan yang siap dikemas. Dalam satu musim produksi, keuntungan yang didapatkan bisa mencapai Rp1,5 juta,” ungkap Ramar.
Keripik pisang rasa nangka dan rasa cokelat juga diminati, dan dengan volume permintaan yang mencapai kisaran 50 bungkus per pekan. Manajer produksi keripik, Nurianti Rahayu mengatakan, dalam satu musim produksi keripik pisang bisa menghasilkan 100 bungkus keripik pisang yang dikemas dalam ukuran 100 gram. “Dengan adanya program ini, lulusan SMK dapat berwirausaha dan membuka lapangan kerja,” jelas Nurianti. (*)
Editor: Aryo Wisanggeni G