Papua No. 1 News Portal | Jubi
Padang, Jubi – Kerabat Tan Malaka ingin catatan perjuangan penggagas Republik Indonesia itu dimasukkan ke dalam pelajaran sejarah di sekolah. Permintaan itu sebagai salah satu cara agar generasi penerus mengetahui kiprah Tan Malaka dalam perjuangan kemerdekaan.
“Jasa dan peranan Tan Malaka sangat patut dikenang dalam ingatan dengan cara memasukkan kiprah sejarah yang pernah beliau lakukan ke dalam kurikulum pendidikan Sejarah,” kata perwakilan ahli waris Tan Malaka, Hengky Novaron Arsil, belum lama ini.
Baca juga : Malahayati, laksamana perempuan pertama di dunia
Belanda Anggap Tengku Sulung Panglima Besar
Berkenalan dengan Pahlawan Kesehatan Indonesia, Profesor Sri Rezeki Hadinegoro
Ia mengatakan masih terlalu banyak hal yang perlu digali dari Tan Malaka, baik dari segi pemikiran, perjalanan hidup, gagasan, visi, misi, dan cita-cita mulianya, untuk dipelajari oleh generasi penerus dan masyarakat.
“Dengan begitu, Tan Malaka akan selalu terukir di sanubari para generasi penerus bangsa ini. Memasukkan kiprah sejarah tersebut sekaligus sebagai ikhtiar melawan lupa terhadap jasa Tan Malaka,” kata Hengky menambahkan
Hengky juga berharap pemerintah memberikan hak dasar Tan Malaka sebagai pahlawan nasional. Hak dasar yang diinginkan ahli waris yang dimaksud adalah hak untuk dibangunkan taman makam pahlawan di makam Tan Malaka di Pandam Gadang, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat.
“Substansi kami adalah hak-hak dasar Tan Malaka sebagai pahlawan, yaitu taman makam pahlawan di tanah kelahirannya,” ujar Hengky menjelaskan.
Jurnalis sejarah, Bonnie Triyana, menyatakan sejarah perjuangan Tan Malaka penting diajarkan di sekolah agar generasi muda mengerti dan kenal bahwa pada sebuah masa Indonesia punya tokoh sejarah kaliber internasional.
“(Tan malaka juga) pemikir yang kosmopolit dengan pijakan dan keberpihakan kepada bangsanya yang tertindas,” kata Bonnie.
Bagi Bonnie, bukan hanya pemikiran Tan Malaka yang layak diajarkan di sekolah, tetapi juga pemikiran semua tokoh sejarah atau pahlawan nasional dari berbagai macam spektrum pemikiran dan ideologi.
“Kalau usul saya, wajibkan siswa membaca dan meresensi pidato pembelaan Bung Karno, Bung Hatta, dan otobiografi Tan Malaka, Dari Penjara ke Penjara,” kata Bonnie menjelaskan. (*)
CNN Indonesia
Editor : Edi Faisol