Papua No. 1 News Portal | Jubi
Honiara, Jubi – Taiwan mengumumkan telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Kepulauan Solomon, setelah pemerintah Solomon memilih untuk beralih dan mengakui Tiongkok.
Langkah ini merupakan pukulan bagi Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, yang akan menghadapi pemilu Januari depan di tengah-tengah meningkatnya kemelut dengan Tiongkok. Dengan kemunduran ini, Taiwan sekarang hanya memiliki hubungan resmi dengan 16 negara di seluruh dunia, meskipun begitu Tiongkok masih mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya, dan berkeras bahwa Taipei tidak memiliki hak untuk membentuk hubungan formal dengan negara mana pun.
Keputusan itu diambil setelah Kepulauan Solomon melakukan proses peninjauan kembali selama satu bulan, untuk menimbang keuntungan dan kerugian dari pengalihan hubungan diplomatiknya ke Beijing, yang telah menawarkan dana pembangunan hingga jutaan dolar untuk menggantikan dukungan keuangan dari Taiwan.
Mengumumkan keputusannya untuk memutuskan hubungan dengan Kepulauan Solomon, Tsai mengecam tawaran finansial yang diberikan oleh Beijing.
“Kami sangat menyesali dan mengecam keputusan pemerintah Kepulauan Solomon untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Tiongkok,” katanya kepada wartawan.
Menteri Luar Negeri Taiwan, Joseph Wu, mengatakan negara itu akan segera menutup kedutaan besarnya di Kepulauan Solomon dan menarik semua diplomatnya.
Berita tentang berakhirnya hubungan diplomatik antara Kepulauan Solomon dan Taiwan ini, terjadi tidak lama setelah PM Sogavare melakukan sejumlah penilaian atas hubungan antarkedua negara beberapa bulan terakhir.
“Ketika berbicara tentang ekonomi dan politik, Taiwan itu sama sekali tidak berguna bagi kita,” kata PM Sogavare dalam sebuah wawancara dengan podcast Little Red Podcast dari ANU Juli lalu.
Selain manfaat finansial, banyak negara Kepulauan Pasifik yang percaya hubungan dengan Tiongkok akan mendorong mitra-mitra lamanya seperti Australia, mengingat iklim geopolitik saat ini.
Menyusul keputusan pemerintah Solomon, koran Solomon Times melaporkan protes di Auki, Provinsi Malaita. Orang-orang di Auki memprotes keputusan pemerintah untuk beralih kepada Tiongkok.
“Kami tidak ingin beralih karena kami tahu hal itu dilakukan karena alasan yang salah,” kata seorang pengunjuk rasa.
Sementara itu, kedutaan Taiwan telah membenarkan bahwa setelah 36 tahun, mereka menurunkan benderanya untuk terakhir kali pada pukul 11.30, Senin ini (16/9/2019), seperti disadur dari PACNEWS. Suasana sangat mengharukan saat penurunan bendera Taiwan di Kepulauan Solomon, namun kepala misi diplomatik Taiwan di Kepulauan Solomon tetap optimis bahwa kedua negara akan bertemu lagi di masa depan.
Duta Besar Oliver Liao meneteskan air mata seraya berterima kasih kepada sekelompok pendukung yang berkerumun di luar kantornya di Panatina Plaza, untuk menandai berakhirnya persahabatan antara kedua negara setelah lebih dari tiga dekade.
Wakil Presiden AS Mike Pence juga dilaporkan telah membatalkan rencana untuk bertemu dengan pemimpin Kepulauan Solomon, setelah pengumuman pemutusan hubungan diplomatik dengan Taiwan demi Tiongkok, ungkap seorang pejabat senior pemerintah AS pada Selasa (17/9/2019), seperti dilaporkan Reuters.
PM Sogavare meminta untuk mengadakan pertemuan dengan Pence sejak Juli, dan pertemuan seharusnya akan berlangsung bulan ini di sela-sela pertemuan Sidang Umum PBB di New York, atau setelah itu, di Washington.
Pemimpin oposisi Solomon, Mathew Wale, juga mengecam keputusan Sogavare dan pemerintah yang tergesa-gesa dalam memutuskan hubungannya dengan Taiwan.
Sementara itu, pemerintah Kepulauan Solomon telah angkat bicara Rabu lalu (18/9/2019). Wakil Perdana Menteri, John Meneniaru berkata, “Kepulauan Solomon telah memutuskan untuk mengakui kebijakan One China, dan akan melanjutkan proses ini dengan meresmikan hubungan diplomatik dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRC), dan membangun kerangka kerja sama bilateral untuk segera mengambil alih bidang-bidang yang sebelumnya didukung oleh Taiwan.” (ABC News)
Editor: Kristianto Galuwo