Kondisi itu setingkat di atas rakyat Rusia yang mengakui kurang percaya terhadap institusi negara mereka.
Papua No. 1 News Portal | Jubi
London, Jubi – Jajak pendapat jangka panjang menyebutkan tingkat kepercayaan rakyat Inggris terhadap pemerintah, bisnis, media dan lembaga derma mencapai tingkat terendah dalam 20 tahun terakhir. Kondisi itu setingkat di atas rakyat Rusia yang mengakui kurang percaya terhadap institusi negara mereka.
Perusahaan hubungan masyarakat AS Edelman menyelenggarakan kajian dari 19 Oktober sampai 18 November pada masa guncangan di Inggris ketika parlemen menunda jadwal pemisahan negeri itu dari Uni Eropa dan PM Boris Johnson menyerukan pemilu sela.
Inggris berada di peringkat kelima dari bawah dalam pemeringkatan kepercayaan dalam jajak pendapat tahun sebelumnya, dan jatuh melewati Irlandia, Spanyol dan Jepang ke posisi terendah kedua dalam riset yang diumumkan pada Senin, (202/1/2020), kondisi itu hanya di belakang Rusia di antara 28 negara yang disurvei.
Hasil itu kontras dengan survei-survei lain mengenai kualitas lembaga publik seperti index persepsi korupsi Transparency International, di mana Inggris dan Jepang masuk dalam peringkat di antara negara-negara yang kurang korup, dan China dalam peringkat tengah.
Peringkat Inggris berada di posisi terendah dalam sejarah 20 tahun survei itu dan Inggris juga memperlihatkan keterbelahan besar di antara pandangan-pandangan atas apa yang oleh para peneliti sebut “masyarakat berpengetahuan”–yang lebih percaya–dan “penduduk kebanyakan”.
Responden yang berusia antara 25 dan 64 tahun, bergelar sarjana, berada di seperempat teratas dalam memperoleh penghasilan untuk usia mereka dan punya minat kuat dalam masalah-masalah masa kini dianggap “berpengetahuan” sementara mereka yang berbeda dimasukkan klasifikasi lain.
Tiga dari lima orang Inggris mengatakan mereka kehilangan kepercayaan pada demokrasi dan mayoritas kecil mengatakan kapitalisme mengakibatkan lebih banyak keburukan daripada kebaikan.
Namun jajak pendapat tambahan yang diselenggarakan setelah kemenangan Johnson pada 12 Desember memperlihatkan kenaikan 10 persen pada kepercayaan terhadap pemerintah, dan lebih sedikit orang yang mengatakan negeri itu berada di jalur yang salah. (*)
Editor : Edi Faisol