Papua No. 1 News Portal I Jubi
Jayapura, Jubi – Direktorat Jenderal Kekuatan Pertahanan Kementerian Pertahanan melakukan survei penyebaran HIV dan perilaku prajurit TNI yang bertugas di Papua.
Direktur Kesehatan Direktorat Jenderal Kekuatan Pertahanan Kementerian Pertahanan, Laksamana Pertama TNI dr. Arie Zakaria, mengatakan survei terhadap para prajurit dilakukan lima tahun sekali.
"Kami ingin melihat setelah lima tahun, apakah ada perubahan pengetahuan prajurit TNI tentang HIV, cara pencegahan dan cara pengobatan," kata Arie kepada wartawan, di Jayapura, Senin (21/8/2017).
Dari hasil monitoring, ujar ia, penyebaran HIV di jajaran prajurit TNI jauh lebih menurun. Namun kata ia, sebagai prajurit juga harus bisa mengajak warga sekitar untuk tahu bahaya dan cara pengobatan HIV.
"Ini yang kami ingin lihat, berapa kemajuannya dibandingkan dengan survei yang dilakukan lima tahun yang lalu" ucapnya.
Menurut ia, survei ini dilakukan di enam provinsi, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Kepulauan Riau, Bali, Jawa Timur dan Papua.
"Kami tahu prevalensi HIV di Papua sangat tinggi, untuk itu kami ingin memperlihatkan apakah pengetahuan prajurit yang ditugaskan di sini juga lebih baik karena berisiko lebih tinggi, karena kami harus melindungi prajurit," kata Arie.
"Bagaimanapun penugasan yang bisa sampai 6-7 bulan berisiko terkena penyakit mematikan ini," tambahnya.
Selain itu, kata Arie Zakaria, tujuan pihaknya datang ke Papua juga untuk melihat perkembangan penyebaran penyakit TBC.
"Angka TBC di masyarakat masih tinggi, apalagi penyakit ini menular. Untuk itu kami ingin menyurvei hal ini, khusus bagi prajurit TNI. Sebab kami menjamin setiap prajurit," kata Arie.
"Kami harus melihat bagaimana situasi prajurit TNI yang bertugas di Papua, dengan begitu ke depan akan kami rancangkan peraturan apa yang harus dikeluarkan, obat apa yang harus disiapkan guna menjamin tugas para prajurit di manapun berada," tambahnya.
Hal senada disampaikan Kepala Rumah Sakit TNI AD Marthen Indey Kolonel CKM dr. Wahyu Triyanto. Dirinya mengatakan survei terhadap para prajurit dilakukan lima tahun sekali, dengan harapan seluruh prajurit memiliki pengetahuan lebih tentang HIV dan TBC.
"Sebagai pimpinan saya selalu ingatkan para staf untuk selalu mengedepankan kesehatan dalam menjalankan tugas, dan tingkatkan pengetahuan mengenai cara pencegahan dan pengobatan," kata Wahyu. (*)