Menjelang upaya pemerintah membuat pemulihan penuh situs tersebut.
Papua No. 1 News Portal | Jubi
Selandia Baru, Jubi – Seorang korban selamat dan kerabat 29 pria yang meninggal sembilan tahun lalu di salah satu bencana industri terburuk Selandia Baru mengunjungi tambang Pike River pada Kamis, (3/10/2019) menjelang upaya pemerintah membuat pemulihan penuh situs tersebut.
Tercatat lebih dari dua lusin orang masuk sedalam 170 meter atau 560 kaki ke tambang yang ditutup setelah serangkaian ledakan metana yang mematikan pada November 2010.
Baca juga : Longsor di Provinsi Enga, Tambang Emas PNG Ditutup
Korban Jiwa Naik Jadi 104 Akibat Tanah Longsor Di Myanmar Tujuh Orang Tewas, 57 Hilang Setelah Tanah Longsor Di Tiongkok
“Sebagian besar anggota keluarga belum pernah berada di bawah tanah sebelumnya, dan itu adalah perjalanan yang sulit bagi mereka secara emosional,” kata kepala operasi agensi, Dinghy Pattinson.
Radio Selandia Baru melaporkan Daniel Rockhouse, salah satu dari dua yang selamat dari bencana itu, termasuk di antara mereka yang masuk ke dalam terowongan, yang terdalam sejak ledakan. Badan Pemulihan Pike River akan segera mulai bekerja untuk melepas segel dan bergerak lebih jauh ke area kerja tambang, di mana 29 korban dianggap berada ketika ledakan terjadi.
Ledakan itu merobek tambang di pantai barat Pulau Selatan Selandia Baru, menjebak 31 orang. Hanya dua dari mereka yang berhasil melarikan diri.
Perdana Menteri Jacinda Ardern telah berjanji sementara di oposisi bahwa Partai Buruh-nya akan mencoba memasuki tambang jika memenangkan pemilu 2017.
Pemerintah sebelumnya telah mengesampingkan masuk kembali ke tambang karena masalah keamanan, sikap yang telah ditentang oleh banyak anggota keluarga dari orang-orang yang meninggal. (*)
Editor : Edi Faisol