Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Pembatasan aktivitas telah membuat para Mama-mama Papua pedagang sayuran kehilangan pendapatan. Para Mama-mama Papua akan kembali berjualan pada Senin (4/5/2020), sampai ada kejelasan kebijakan soal bagaimana para Mama-mama mendapatkan penghasilan pengganti jika mereka berhenti berjualan.
Sekretaris Solidaritas Pedagang Asli Papua (Solpap), Natan Tebai mengatakan kebijakan pembatasan aktivitas belum memberikan solusi bagi para Mama-mama Papua yang kehilangan penghasilan karena tidak boleh berdagang. Ia menyatakan para Mama-mama Papua telah memutuskan untuk kembali berjualan, sambil menunggu instruksi lebih lanjut dari pemerintah.
“Mama-mama akan kembali berjualan sebagaimana biasa. Sebab, [larangan berjualan itu] berdampak bagi pendapatan mama-mama,” kata Tebai kepada Jubi, Minggu (3/4/2020).
Tebai berharap Pemerintah Provinsi Papua maupun pemerintah kabupaten/kota dapat membeli semua sayuran dan pangan lokal jualan para Mama-mama Papua. “Kalau pemerintah belanja pangan lokal Mama-mama Papua, mereka tidak akan berjualan. Dengan begitu [kebijakan pembatasan aktivitas] akan [efektif] memutuskan mata rantai penularan virus korona,” katanya.
Tebai menyatakan pihaknya juga tidak ingin ada Mama-mama Papua penjual pangan lokal yang terinfeksi korona. Akan tetapi, harus ada solusi bagi para Mama-mama Papua yang kehilangan pendapatan itu. “Di rumah Mama-mama pasar mempunyai anak-anak. Bahkan dalam satu rumah ada beberapa keluarga. Pemerintah harus jeli melihat hal itu,” katanya.
Tebai berharap Pemerintah Provinsi Papua melihat kerugian yang dialami para Mama-mama pedagang pasar di seluruh Papua, khususnya di Jayapura. “Mama mama pasar membutuhkan sekitar 400-an alat alat kerja, dan bibit tanaman sayur-sayuran, buah-buahan,” katanya.
Penjual kopi papua dan noken yang juga Ketua Mama-Mama Pedagang Asli Papua, Yuliana Pigai mengatakan mengatakan para Mama-mama Papua akan berjualan kembali untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. “Kami ekonomi lemah, janda yang berjualan,” kata Pigai.(*)
Editor: Aryo Wisanggeni G