Jubi | Portal Berita Tanah Papua No. 1
Jayapura, Jubi – Minggu (19/2/2016) subuh, stopper legendaris Persipura Jayapura Hengki Rumere, berpulang menghadap sang pencipta untuk selamanya.
Mantan Kapten dan pelatih Persipura ini, meninggal dalam musibah kebakaran di rumahnya di Koraja Dalam Jayapura dekat kampus Universitas Ottow Geisler. Kepergian Hengki Rumere yang akrab disapa Heru, menjadi duka mendalam bagi keluarga besar Persipura Jayapura dan Papua.
Ketua umum Persipura Jayapura Benhur Tomi Mano mengatakan, Persipura sangat kehilangan sosok legenda yang selama ini menjadi contoh positif seorang pemain, pelatih dan talent scouting yang hebat.
"Pak Hengky tidak ada duanya, beliau adalah yang terbaik selama bermain, melatih dan saat berhenti berkarir beliau tetap menjadi panutan yang baik, kami kehilangan, Persipura berduka, Papua menangis," ujar Ketua Umum Persipura Jayapura, Benhur Tomi Mano sambil menitikkan airmatanya, Minggu (19/2/2017) di kediamannya, jalan Jeruk Nipis Kotaraja.
"Beliau itu orang besar yang rendah hati ketika berhadapan dengan orang lain. Ia sangat santun, familiar dan bersahaja. Beliau sangat low profile, saya pribadi sangat kagum dengan beliau," katanya.
Hengki Rumere adalah stopper terbaik Persipura di era 70an. Hengki memulai kariernya di Persipura Jayapura pasca menyelesaikan kuliahnya di IKIP Jogjakarta. Sejak bermain di Persipura, posisi Hengki tak tergantikan hingga gantung sepatu dan beralih profesi menjadi pelatih.
Semasa karier kepelatihannya, Hengki juga pernah melatih Persipura Jayapura. Salah seorang putranya, yakni Paulo Rumere bahkan pernah menjadi gelandang andalan Persipura Jayapura.
Semua yang dilakukan beliau adalah panutan bagi kita sebagai insan sepakbola. Kejayaan Persipura tentunya tak lepas dari apa yang telah beliau salurkan, baik selama menjadi pemain, maupun selama menjadi pelatih.
"Sekali lagi kami sampaikan rasa duka dan kehilangan yang mendalam atas kepergian Pak Hengki Rumere, kami percaya, Tuhan Yesus Kristus akan merangkul erat Pak Hengki Rumere dan memberinya tempat terbaik di sana, dan untuk keluarga yang ditinggal, kita berdoa kiranya Tuhan Yesus memberikan kekuatan, ketabahan dan kebesaran hati atas meninggalnya beliau, amin," doa Benhur.
Sementara itu, Benny Yansenem mengatakan, jika bicara tentang Hengki berarti bicara Persipura. Mulai awal berdirinya Persipura, mereka adalah angkatan pertama ketika zaman Belanda.
"Sejak kompetisi pertama kita ikuti tahun 67, mereka jadi juara di Indonesia Timur. Kemudian tahun 68 masuk kompetisi, kita di wilayah timur ini biasanya hanya dua tim saja yang keluar. Setelah Persipura mengalahkan Ambon dan kemudian merangkap ke Sulawesi, kita kalahkan semua tim-tim, kecuali PSM. Kita bersama PSM masuk masuk fander cup tahun 67, 68-69 PON di Surabaya, terus kompetisi tahun 71, 73 dan 74. Dan kita salah satu tim masuk lima besar di divisi. Nah, lima besar ini yang berhak masuk piala Soeharto Cup," kenang Benny.
Ia mengatakan, Hengki mulai bergabung bersama Persipura sejak tahun 68 sampai 84.
"Sejak pensiun langsung dia diangkat sebagai pelatih. Jadi prestasi dia di sepakbola cukup baik, prestasi dalam pelatih juga bagus. Hengki juga salah satu orang yang jeli dalam seleksi pemain," katanya.
Disinggung soal prestasi bersama timnas, Benny mengatakan Hengki juga pernah membela timnas dan berapa kali ikut turnamen. Antara lain Sea Games tahun 79.
"Jadi bersama Persipura, pernah ke Bangkok dua kali. Ia komander di belakang cukup bagus. Jadi kita bermain di belakang ada pimpinan yang mengatur kita. Dia bagus. Sebagai pelatih, hasil binaan banyak," katanya.
Abdon Rumabar rekan seangkatan Hengki mengatakan, pertama kali sama-sama ikut seleksi PON 1965 ke Jakarta, tetapi ada peristiwa G30 S PKI terpaksa pertandingan dipindahkan ke Makassar.
Selanjutnya kata Rumabar, pada 1969 PON di Surabaya, mendiang Hengki terpilih bersama almarhum striker Persipura Timo Kapisa, memperkuat PON Irian Barat di Surabaya.
Senada dengan itu menurut asisten pelatih Persipura Mettu Dwaramury, prestasi mendiang lainnya adalah ketika masuk final Piala Soeharto Cup 1979 di Semarang.
"Waktu itu saya baru bergabung di Persipura bermain di babak final dan juara serta Hengky Rumere jadi kapten Persipura,"kata Mettu Dwaramuri.
Selama memperkuat Persipura, Hengki selalu bermain di lini belakang sebagai libero. Gaya permainannya mirip pemain belakang AC Milan, Paolo Maldini. Tak heran kalau mendiang memberi nama putra keduanya Paolo Rumere eks gelandang Persipura.
Mendiang Hengki Rumere lahir di Biak, 5 Agustus 1946. Ia menikah dengan almarhum A Rumpaisum dikarunia empat orang anak masing-masing Bertho Rumere, Paolo Rumere, Anis (Yohanis) Rumere dan Lala Rumere.
Yohanes Rumere, anak kandung almarhum menuturkan tidak ada firasat apa-apa, sebelum terjadi kebakaran yang merenggut ayak kandungnya.
“Tidak ada firasat. Kita di rumah seperti hari-hari biasa. Memang malam bapa ada suruh adik perempuan yang bungsu untuk gosok minyak di badan saja,” kenang Yohanes, anak ketiga Hengky Rumere.
Yohanes bilang mereka sangat terpukul dan tidak menduga ayahnya dipanggil Tuhan dengan cara yang tragis seperti ini.
“Kami anak-anak masih sulit untuk menerima kepergian bapa dengan kondisi seperti ini. Tapi inilah kehendak Tuhan sebagai pencipta,” ucap Yohanes.
Informasi dari pihak keluarga, almahhum Hengky Rumere akan dimakamkan hari ini, Senin (20/2/2017) di TPU Tanah Hitam, Abepura. Almarhum juga tercatat sebagai mantan majelis di GKI Diaspora Kotaraja, Jayapura.
“Kami menunggu kaka perempuan yang tua dari Supiori besok pagi baru tiba dan pemakan dilangsungkan besok,” kata Yohanes. (*)